Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Kompas.com - 28/09/2023, 14:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

SEOUL, KOMPAS.com - Fenomena angka kelahiran yang semakin menurun di Korea Selatan dari tahun ke tahun membawa dampak dan tantangan untuk sejumlah sektor di negara tersebut.

Dikutip dari The Conversation (27/6/2023), misalnya, dalam 60 tahun terakhir, Negeri Ginseng disebut mengalami penurunan tingkat kesuburan tercepat dalam sejarah manusia.

Pada 1960, tingkat kesuburan Korea atau jumlah rata-rata anak yang dimiliki seorang perempuan pada masa reproduksi ada di bawah enam anak per perempuan.

Sementara pada 2022, angkanya turun menjadi 0,78 per perempuan.

Baca juga: Ragam Peluang Kerja Sama Indonesia-Korea Selatan, Menginjak 50 Tahun Hubungan Diplomasi

Korea Selatan pun menjadi satu-satunya negara di dunia dengan tingkat kesuburan kurang dari satu anak per perempuan. Meskipun, angka dari beberapa negara lain hampir sama, misalnya Ukraina, China, dan Spanyol.

Padahal, di saat yang sama, Korea sudah mengeluarkan biaya sekitar 200 miliar dollar AS selama 16 tahun terakhir untuk mendorong pertumbuhan populasi, seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Menurut data Statistik Korea yang dikelola negara dan dirilis Februari 2023, selama tiga tahun berturut-turut, Korea mencetak angka kelahiran terendah sepanjang masa pada 2022 dengan hanya 249.000 bayi yang lahir.

Ini menyebabkan penurunan populasi sebesar 4,4 persen dari rekor terendah sebelumnya, yakni pada 2021.

Baca juga: Industri Hiburan Indonesia Punya Peluang Susul Korea Selatan

Kendati menjadi tantangan di dalam negeri, situasi ini rupanya bisa menjadi peluang pertukaran orang-ke-orang (people-to-people exchanges), bagi sejumlah negara, tidak terkecuali Indonesia.

Kepala Pusat Studi ASEAN-India dari The Institute of Foreign Affairs and National Security, Professor Choe Wongi mengatakan, dari tahun ke tahun, usia rata-rata penduduk Korea memang terus naik, sehingga Negeri Ginseng menghadapi tantangan populasi yang semakin menua. 

"Menurut saya pribadi, kami memang punya tantangan sangat serius untuk mengatasi isu ini, yang datang dari angka kelahiran rendah," ucap Choe Wongi dalam workshop bertajuk "Connecting Cultures: Unveiling the Power of South Korea's Public Diplomacy in Strengthening Seoul-Jakarta People-to-People Relations" di Jakarta, Selasa (12/9/2023).

Baca juga: Banyak Orang Korea Selatan Lebih Suka Liburan ke Asia Tenggara daripada di Dalam Negeri

Kendati fenomena tersebut merupakan tantangan yang serius, tetapi Choe menilai ada banyak peluang yang dapat diraih di baliknya. 

Misalnya, peluang untuk pertukaran pekerja dan pelajar antara Korea dan negara lain, termasuk Asia Tenggara dan khususnya Indonesia. 

Ia menyebutkan, Korea memiliki banyak program pertukaran untuk vokasi dan pendidikan. 

Apalagi, Choe mencontohkan, saat ini banyak universitas di Korea yang menghadapi kesulitan merekrut mahasiswa-mahasiswa baru. 

Baca juga: Penerbangan Indonesia-Korea Selatan Baru Pulih 72 Persen Pascapandemi

Isu ini juga telah diangkat oleh beberapa pemberitaan media.

University World News, misalnya, pada 8 Desember 2021 pernah menulis tentang laporan dari Seoul National University dan Korea Institute for Health and Social Affairs bahwa Korea kehilangan hingga setengah dari jumlah universitasnya dalam kurun waktu 25 tahun karena penurunan demografis akut.

Laporan tentang perubahan populasi dan prospek masa depan untuk sektor universitas tersebut memprediksi hanya 190 dari 385 universitas di Korea yang akan tetap ada dalam waktu 25 tahun. Hal ini mempertimbangkan persaingan yang akan semakin ketat untuk bertahan hidup di wilayah non-metropolitan.

Baca juga: Indonesia Bisa Belajar dari Korea Selatan untuk Majukan Sektor UMKM

Prospek di luar Seoul bahkan lebih suram, dengan hanya 44 persen universitas atau 146 dari 331 universitas yang diperkirakan akan bertahan, sementara di Seoul 80 persen.

Halaman:

Terkini Lainnya

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com