Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Baru Demo Myanmar, Unjuk Rasa sejak Subuh

Kompas.com - 22/03/2021, 15:52 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MANDALAY, KOMPAS.com - Demo Myanmar berkembang menuju tren baru, yakni berlangsung sejak subuh atau sebelum fajar menyingsing.

Terbaru, pada Senin (22/3/2021) para demonstran anti-kudeta Myanmar berunjuk rasa di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar, sejak pagi buta.

Unjuk rasa terbaru ini dilakukan sehari setelah delapan pedemo tewas di tangan militer Myanmar.

Baca juga: Ratusan Dokter dan Perawat Ikut Demo Myanmar, Turun ke Jalan sejak Subuh

Sampai sekarang sudah 2.600 lebih orang yang ditangkap dan 250 korban jiwa, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP). Mereka memperingatkan, jumlah korban tewas yang sebenarnya bisa lebih tinggi.

Tadi pagi puluhan orang termasuk guru berbondong-bondong memenuhi jalanan di Mandalay. Beberapa dari mereka membawa plakat yang meminta PBB turun tangan.

Demo Myanmar sejak subuh juga berlangsung di Yangon, ibu kota perekonomian negara itu.

Di Mandalay yang merupakan pusat budaya, terjadi sejumlah aksi mencekam dalam demo Myanmar.

Baca juga: Dituding Pasok Beras untuk Militer Myanmar, Begini Tanggapan Tentara Thailand

Pada Minggu (20/3/2021) di kota itu ada delapan kematian dan 50 orang terluka, kata seorang sumber medis kepada AFP.

Para biksu lalu mengadakan peringatan menyalakan lilin malam, sedangkan di salah satu permukiman terjadi baku tembak terus menerus sampai sekitar pukul 23.00 waktu setempat.

Seorang pria tewas dalam bentrokan siang hari dengan aparat keamanan di kota Monywa kemarin.

Pemerintah Australia dan Kanada mengonfirmasi, mereka memberikan bantuan konsuler kepada dua konsultan bisnis yang ditahan di Myanmar.

Baca juga: Dua Orang Australia Ditahan Militer Myanmar Ketika Mencoba Meninggalkan Negara Itu

Matthew O'Kane dan Christa Avery yang memegang paspor ganda Kanada-Australia, menjadi tahanan rumah setelah hendak meninggalkan negara itu dengan penerbangan bantuan pada Jumat (19/3/2021).

AFP mewartakan, keduanya menjalankan bisnis konsultasi di Yangon.

Kementerian Luar Negeri Kanada dan Australia enggan berkomentar lebih lanjut tentang kasus tersebut.

Kecaman internasional oleh Washington, Brussels, dan PBB sejauh ini gagal menghentikan pertumpahan darah.

Dalam upaya baru untuk meningkatkan tekanan dplomatik pada para jenderal Myanmar, para menteri luar negeri di Uni Eropa akan menjatuhkan sanksi pada Senin (22/3/2021).

Baca juga: 231 Orang telah Tewas Dibunuh Junta Militer dalam Aksi Protes Anti-kudeta Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com