Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Bulan Bergulat dengan Virus Corona, Wuhan yang Dulu Menderita Kini Berpesta

Kompas.com - 01/09/2020, 17:01 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

WUHAN, KOMPAS.com - Kota mati, kota hantu, dan beragam julukan negatif lainnya melekat di kota Wuhan, China, kala virus corona mulai merebak dari sana.

Media-media internasional menyebutnya episentrum datau ground zero, di tengah teka-teki apakah benar pasien nol berasal dari sana.

Stigma negatif bahkan tidak hanya melekat di kotanya saja, tapi juga hinggap ke warga atau pendatang yang bermukim dari sana.

Baca juga: Cerita Warga Wuhan soal Covid-19 di AS: Orang Amerika Egois

Beberapa yang dipulangkan ke negara asalnya sampai dituding membawa penyakit, ditakutkan akan menyebarkan wabah, walau tentunya mereka sudah menjalani serangkaian prosedur hingga dinyatakan sehat dan boleh pulang ke negara asal.

Saat itu virus corona jenis baru atau yang bernama resmi SARS-CoV-2, masih berkutat di "Negeri Panda".

Belum banyak negara lain yang melaporkan kasus pertamanya, sehingga semua mata tertuju ke Wuhan, terutama di pasar hewannya yang dipercaya sebagai tempat pertama penularan.

Otoritas setempat langsung bergerak cepat. Dibantu pemerintah pusat, Wuhan adalah kota pertama yang melakukan lockdown untuk mencegah virus corona. Pertaruhan besar pun dimulai sejak 23 Januari 2020.

Total ada 11 juta penduduk di Wuhan, dan sejak lockdown diberlakukan praktis semua aktivitas di kota itu mati suri.

Transportasi mandek, perdagangan seret, dan hampir tak ada aktivitas sama sekali di luar rumah, kecuali bagi yang mendapat izin khusus.

Pemerintah kala itu hanya mengizinkan warga yang memiliki alasan spesifik seperti kondisi medis dan pekerjaan tertentu, untuk bisa keluar rumah. Itu pun jumlahnya sangat dibatasi.

Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Ini Bedanya Karantina di Wuhan dan Italia

Pemandangan jalanan yang kosong di Wuhan, Provinsi Hubei, China, menyusul pencegahan dari masifnya wabah virus corona atau COVID-19 di wilayah itu,  Minggu (10/3/2020). Kian merajalelanya virus corona (COVID-19) membuat sejumlah kawasan di berbagai belahan dunia yang selama ini dikenal ramai seketika berubah menjadi sepi.AFP/NOEL CELIS Pemandangan jalanan yang kosong di Wuhan, Provinsi Hubei, China, menyusul pencegahan dari masifnya wabah virus corona atau COVID-19 di wilayah itu, Minggu (10/3/2020). Kian merajalelanya virus corona (COVID-19) membuat sejumlah kawasan di berbagai belahan dunia yang selama ini dikenal ramai seketika berubah menjadi sepi.
Keberangkatan orang-orang dengan kondisi tersebut harus bergiliran dan mendapat izin dari otoritas lokal.

Hal ini juga berlaku bagi alat transportasi pribadi. Mobil dilarang keluar jika memuat lebih dari dua orang, termasuk sopir pada satu kali keberangkatan.

Ketika pelancong telah sampai destinasi mereka di luar Wuhan, mereka harus melaporkan diri ke petugas lokal dan memeriksakan kesehatan mereka selama 14 hari.

Polemik saat itu juga terjadi di dunia medis. Dr Ai Fen yang bertugas di Wuhan, dibungkam karena dituding membagikan informasi soal virus corona, yang kemudian diserbarkan oleh mendiang Dr Li Wenliang.

Oleh kepala komite inspeksi disiplin, dia mendapat teguran karena dianggap "menyebarkan runor" dan "merusak stabilitas".

"Pikiran saya kosong. Dia bukan menegur karena saya tak bekerja keras. Saya dianggap sudah merusak masa depan Wuhan. Saya putus asa," keluhnya.

Baca juga: Cerita Dokter Ai Fen di Wuhan yang Dibungkam karena Bagikan Informasi soal Virus Corona

Setelah itu, setiap staf dilarang untuk saling membagikan gambar maupun pesan yang berisi informasi mengenai virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu.

Polisi lalu meminta maaf atas perlakuan itu dan pemerintah China menyebut hukuman ke Dr Li Wenliang, yang juga dibungkam karena menjadi whistleblower, tidak layak.

Tapi permintaan maaf itu terlambat. Dr Li meninggal pada 7 Februari karena virus corona. Ia tertular dari pasien yang dirawatnya.

Warganet yang kesal pun meluapkan amarahnya ke polisi dengan berkata di media sosial, "Pergilah minta maaf ke kuburannya!"

Baca juga: Polisi Minta Maaf atas Hukuman ke Dr Li Wenliang, Warganet: Pergilah Minta Maaf ke Kuburannya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com