Wuhan menerapkan salah satu lockdown terketat di dunia. Langkah itu kemudian diikuti Italia dan diadopsi negara-negara atau kota-kota lain dengan penyesuaian masing-masing.
Saking ketatnya, hidup warga Wuhan serba susah. AFP pada Jumat (28/2/2020) mewartakan, di pinggiran Wuhan kualitas makanan tidak baik dan harganya bikin geleng-geleng kepala.
"Banyak tomat, banyak bawang, mereka sudah busuk," kata David Dai seorang warga Wuhan kepada AFP. Ia juga mengatakan, lebih dari sepertiga makanan harus dibuang karena tidak layak dikonsumsi.
Situasi kian pelik karena supermarket hanya menerima pesanan dalam jumlah besar, tidak hanya untuk makanan tapi juga barang-barang lain.
Alhasil, untuk membeli makanan warga harus membuat grup obrolan sendiri di aplikasi perpesanan supaya bisa beli borongan.
Baca juga: Dilema Warga Wuhan: Mau Makan, tapi Makanan Sudah Busuk
Namun segala jerih payah Wuhan itu perlahan mulai membuahkan hasil. Pada Senin (24/2/2020) aturan karantina di Wuhan mulai longgar.
Wabah mulai bisa dikendalikan, dan beberapa orang dengan alasa tertentu boleh bepergian ke luar kota.
Bulan depannya kondisi terus membaik. Satu dari 16 rumah sakit darurat yang dibangun untuk menangani pasien Covid-19, ditutup karena tambahan kasus baru mulai turun.
Media pemerintah China CCTV pada 2 Maret melaporkan, rumah sakit itu ditutup setelah memulangkan 34 pasien yang baru sembuh.
Turunnya tambahahan kasus baru tak hanya terjadi di Wuhan, tapi juga di provinsi Hubei secara keseluruhan.
Reuters memberitakan, sejumlah kereta bawah tanah kembali beroperasi dan beberapa perbatasan dibuka.
Sebelumnya pemerintah China telah mengumumkan lockdown Wuhan akan berakhir pada 8 April, yang menandai titik balik dalam perlawanan menangani wabah virus corona.
Baca juga: Wuhan Bersiap Cabut Lockdown, Kereta Bawah Tanah Mulai Beroperasi
Tambahan kasus harian Covid-19 di China saat itu juga mulai turun. Jika biasanya mencatatkan 2.000-3.000 kasus baru per hari, mulai akhir Maret penambahannya turun tak sampai 300.
Khusus untuk Wuhan, data jumlah korban meninggal Covid-19 sempat mereka revisi pada 17 April dari 2.579 menjadi 3.869. Kasusnya juga bertambah 325 menjadi 50.333.
Pihak berwenang mengatakan, revisi dibuat setelah memasukkan data pasien yang tidak dirawat di rumah sakit dan meninggal di rumah, karena keterbatasan fasilitas medis di tahap awal wabah corona merebak.
Baca juga: Wuhan Revisi Data Covid-19, Korban Meninggal Naik 50 Persen Jadi 3.869
Pada awal 2020, banyak rumah sakit kelebihan beban dan petugas medis sangat sibuk menyelamatkan nyawa pasien. Hal ini menyebabkan keterlambatan dan pengawasan dalam melaporkan kasus, kata pihak berwenang, dikutip dari Hong Kong Free Press.
Beberapa fasilitas juga tidak segera terhubung dengan jaringan epidemi yang lebih luas, sedangkan informasi yang berkaitan dengan kematian tidak lengkap yang menyebabkan kesalahan pelaporan atau penghitungan ulang.
Meski begitu, perubahan data tersebut tetap tak menyurutkan gegap gempita warga Wuhan menyambut berakhirnya lockdown.
Baca juga: Mulai Lupakan Virus Corona, Warga Wuhan Ramai-ramai Main Air
Sekitar 6 bulan berlalu sejak lockdown Wuhan, kota yang dulu bermuram durja kembali ceria.