Tanpa awan sebagai penghalang, sinar Matahari pun akan langsung menyorot ke Bumi secara optimal.
Baca juga: Cuaca Ekstrem di Jawa, BMKG: Ini Wilayah Potensial Hujan Deras 20-26 Januari 2024
Guswanto menjelaskan, sumuk atau hawa gerah yang mungkin dialami oleh sebagian orang saat musim hujan disebut sebagai feel-like temperature.
Dia menggambarkan kondisi ini sebagai suhu yang dirasakan manusia di luar angka yang ditunjukkan oleh termometer atau alat pengukur suhu.
"Sumuk atau panas itu feel-like itu orang bilang perasaan kita masing-masing. Kalau termometer tidak akan bisa dibohongi," ujarnya.
Rasa gerah yang dirasakan setiap orang pun dapat terjadi karena beberapa kondisi. Misalnya, orang yang kurang sehat mungkin akan merasa suhu di sekitar lebih panas daripada orang dalam kondisi sehat.
"Apalagi kalau dari ruangan ber-AC. Saya kerja di ruang AC tiga jam, terus keluar siang-siang, (terasa) panas banget," tuturnya.
Dilansir dari laman BMKG, feel-like temperature atau real-feel temperature adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sensasi suhu yang dirasakan manusia.
Suhu yang dirasakan ini berdasarkan pada suhu udara, kelembapan, dan faktor-faktor lain, seperti kecepatan angin dan sinar Matahari.
Baca juga: Cuaca Panas Belum Berlalu, BMKG Ungkap Potensi Kenaikan Suhu Bumi pada 2024
Saat suhu udara panas ditambah kelembapan udara tinggi, udara di sekitar sudah mengandung banyak uap air.
Hal tersebut mengakibatkan keringat tidak dapat menguap dengan cepat, sehingga suhu terasa lebih panas daripada yang tercatat.
Saat suhu udara panas dengan kelembapan udara rendah, udara sekitar tidak mengandung banyak uap air.
Imbasnya, keringat akan menguap dengan cepat dan membuat suhu udara terasa lebih dingin dari yang dicatat termometer.
BMKG juga menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kelembapan tinggi, sehingga suhu udara di Indonesia terasa lebih hangat.
Kondisi ini disebabkan beberapa hal, meliputi:
Tak hanya itu, angin turut memberikan pengaruh terhadap suhu yang dirasakan, dengan melintasi permukaan kulit, sehingga membawa panas tubuh keluar saat keringat menguap.
Sebaliknya, angin yang bertiup juga dapat menghapus lapisan udara yang menghangatkan tubuh. Kondisi ini dapat membuat udara terasa lebih dingin.
Baca juga: BMKG Ungkap Cuaca Ekstrem Masih Akan Berlanjut hingga Februari 2024
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.