Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Ungkap Alasan Hawa Gerah Saat Musim Hujan

Kompas.com - 21/01/2024, 21:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Tanpa awan sebagai penghalang, sinar Matahari pun akan langsung menyorot ke Bumi secara optimal.

Baca juga: Cuaca Ekstrem di Jawa, BMKG: Ini Wilayah Potensial Hujan Deras 20-26 Januari 2024

Penyebab hawa gerah di musim hujan

Guswanto menjelaskan, sumuk atau hawa gerah yang mungkin dialami oleh sebagian orang saat musim hujan disebut sebagai feel-like temperature.

Dia menggambarkan kondisi ini sebagai suhu yang dirasakan manusia di luar angka yang ditunjukkan oleh termometer atau alat pengukur suhu.

"Sumuk atau panas itu feel-like itu orang bilang perasaan kita masing-masing. Kalau termometer tidak akan bisa dibohongi," ujarnya.

Rasa gerah yang dirasakan setiap orang pun dapat terjadi karena beberapa kondisi. Misalnya, orang yang kurang sehat mungkin akan merasa suhu di sekitar lebih panas daripada orang dalam kondisi sehat.

"Apalagi kalau dari ruangan ber-AC. Saya kerja di ruang AC tiga jam, terus keluar siang-siang, (terasa) panas banget," tuturnya.

Dilansir dari laman BMKG, feel-like temperature atau real-feel temperature adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sensasi suhu yang dirasakan manusia.

Suhu yang dirasakan ini berdasarkan pada suhu udara, kelembapan, dan faktor-faktor lain, seperti kecepatan angin dan sinar Matahari.

Baca juga: Cuaca Panas Belum Berlalu, BMKG Ungkap Potensi Kenaikan Suhu Bumi pada 2024

Saat suhu udara panas ditambah kelembapan udara tinggi, udara di sekitar sudah mengandung banyak uap air.

Hal tersebut mengakibatkan keringat tidak dapat menguap dengan cepat, sehingga suhu terasa lebih panas daripada yang tercatat.

Saat suhu udara panas dengan kelembapan udara rendah, udara sekitar tidak mengandung banyak uap air.

Imbasnya, keringat akan menguap dengan cepat dan membuat suhu udara terasa lebih dingin dari yang dicatat termometer.

BMKG juga menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kelembapan tinggi, sehingga suhu udara di Indonesia terasa lebih hangat.

Kondisi ini disebabkan beberapa hal, meliputi:

  • Negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan yang hangat
  • Terletak di wilayah tropis dengan pemanasan dari sinar Matahari tinggi
  • Curah hujan tinggi yang meningkatkan uap air di udara
  • Vegetasi pada hutan hujan yang meningkatkan uap air dari proses evaporasi atau penguapan.

Tak hanya itu, angin turut memberikan pengaruh terhadap suhu yang dirasakan, dengan melintasi permukaan kulit, sehingga membawa panas tubuh keluar saat keringat menguap.

Sebaliknya, angin yang bertiup juga dapat menghapus lapisan udara yang menghangatkan tubuh. Kondisi ini dapat membuat udara terasa lebih dingin.

Baca juga: BMKG Ungkap Cuaca Ekstrem Masih Akan Berlanjut hingga Februari 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com