Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Lai Ching-te yang Terpilih Jadi Presiden Baru Taiwan

Kompas.com - 14/01/2024, 07:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.comLai Ching-te atau William Lai resmi terpilih menjadi Presiden Taiwan usai memenangkan pemilihan presiden (pilpres) pada Sabtu (13/1/2024).

Dikutip dari Kompas.com (13/1/2024), Lai Ching-te yang mewakili Partai Demokratik Progresif (DPP) mengungguli lawannya dengan mengantongi 40,2 persen suara.

Lai Ching-te yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden, mengalahkan Hou Yu-ih dari partai oposisi Kuomintang (KMT) dan Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan (TPP).

Terpilihnya Lai Ching-te sebagai presiden baru Taiwan cukup mendapatkan sorotan. Hal itu mengingat Taiwan tengah berada dalam konflik dengan China daratan yang tidak mengakui kemerdekaan Taiwan.

Janji Lai Ching-te setelah terpilih

Dikutip dari Kompas.id (13/1/2024), Lai menyatakan dirinya akan mempertahankan status quo Taiwan. Dia akan tetap berkomunikasi dengan China sekaligus melindungi Taiwan dari ancaman di wilayah tersebut.

Hal ini berarti, meski bergabung dengan China daratan di bawah Prinsip Satu China, wilayah itu punya otonomi yang memungkinkan Taiwan mengelola ekonomi, perdagangan, investasi, masyarakat, dan hubungan non-diplomasi sendiri.

Meski begitu, pemerintah China di Beijing kerap menganggap Lai Ching-te sebagai sosok separatis yang mendukung kemerdekaan Taiwan.

Berikut profil dan sepak terjang Lai Ching-te yang menjadi presiden baru Taiwan.

Baca juga: China dan Taiwan Memanas, Akankah Bernasib Sama seperti Rusia dan Ukraina?


Profil Lai Ching-te

Lai Ching-te lahir pada 1959 di Distrik Wanli, Kota New Taipei, Taiwan. Dia tumbuh bersama ibu dan empat saudaranya setelah sang ayah yang bekerja sebagai penambang batu bara meninggal dalam kecelakaan saat dia berusia dua tahun.

Dilansir dari situs pemerintah Taiwan, Lai merupakan lulusan dari Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Universitas Nasional Taiwan.

Lai menyelesaikan S2 Ilmu Kedokteran di Universitas Nasional Cheng Kung. Lalu, memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat dari Universitas Harvard.

Sebelum masuk dunia politik, Lai dikenal sebagai salah satu dari sedikit dokter di Taiwan yang memiliki keahlian rehabilitasi, perawatan klinis, dan kesehatan masyarakat.

Pada 1994, dia mulai terlibat dalam politik dengan menjadi pendukung calon gubernur dari Partai Progresif Demokrat (DPP). Dua tahun kemudian, dia resmi mengakhiri karier medis dan menjadi politikus.

Karier politik

Di tahun 1994 Lai langsung menjadi anggota Majelis Nasional sebagai anggota legislatif mewakili Kota Tainan. Semasa jabatannya hingga 2010, dia dinobatkan sebagai "Legislator Terbaik" oleh Citizen Congress Watch dan kerap berpartisipasi di organisasi dunia.

Pada 2010, Lai terpilih sebagai walikota pertama Tainan usai penggabungan Kabupaten Tainan dan Kota Tainan menjadi Kotamadya Khusus Tainan. Dia menjabat hingga 2017.

Kemampuannya dalam memimpin dan menjalin hubungan dengan negara tetangga membuat Lai diangkat sebagai Perdana Menteri Taiwan dari 2017 hingga 2019. Dia disebut berhasil membuat kehidupan yang aman di sana.

Pada Mei 2020, Lai resmi menjadi wakil presiden dari Presiden Taiwan sebelumnya, Tsai Ing-wen.

Baca juga: Sejarah Konflik China dan Taiwan

Peran Lai di antara hubungan Taiwan dan China

Wakil Presiden Taiwan dan calon presiden dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, Lai Ching-te (tengah) tiba untuk memberikan suara dalam PilpresTaiwan di tempat pemungutan suara di sebuah sekolah menengah di Tainan pada 13 Januari 2024.AFP/YASUYOSHI CHIBA Wakil Presiden Taiwan dan calon presiden dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, Lai Ching-te (tengah) tiba untuk memberikan suara dalam PilpresTaiwan di tempat pemungutan suara di sebuah sekolah menengah di Tainan pada 13 Januari 2024.
Dikutip dari TIME (13/1/2024), Lai sempat menyatakan dirinya termasuk pendukung kemerdekaan Taiwan. Dia pernah aktif mendorong kemerdekaan Taiwan pada 2017. Lai juga menyatakan akan melanjutkan pemerintahan sejalan dengan pendahulunya.

Meski begitu, saat mencalonkan diri sebagai presiden, dia menegaskan keinginan untuk tidak memerdekakan Taiwan. Lai menghindari deklarasi kemerdekaan formal atau menjadi bagian dari China tapi ingin Taiwan menentukan kebijakan mereka sendiri.

Tak hanya itu, dikutip dari Washington Post (13/1/2024), Lai juga akan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat dan negara-negara demokrasi lain yang berseberangan dengan China.

Pemerintah di Beijing dengan jelas menyatakan ketidaksukaannya terhadap Lai. Para pejabat China menganggapnya sebagai “separatis” dan mengatakan Lai akan membahayakan hubungan kedua wilayah tersebut.

Sementara itu, Partai Komunis Tiongkok (CCP) tidak pernah memerintah Taiwan tetapi mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya.

Presiden China Xi Jinping telah memerintahkan peningkatan aktivitas militer di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com