Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Gunung Merapi 13 Tahun Silam dan Akhir Hidup Sang Juru Kunci

Kompas.com - 26/10/2023, 08:45 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Dari data kronologi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi di Yogyakarta, fase awal erupsi ditandai munculnya awan panas (wedhus gembel) pukul 17.02 WIB dengan durasi sembilan menit.

Luncuran pertama diikuti lima luncuran awan panas berdurasi 2-5 menit dan dua awan panas besar pada pukul 17.42 WIB selama 33 menit dan 18.21 WIB selama 33 menit.

Arah luncuran terpantau ke sektor barat-barat daya dan sektor selatan-tenggara. Gelombang awan panas itu mereda pukul 18.54 WIB.

Pada saat itu juga, BPPTK memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau Gunung Merapi mengevakuasi diri karena dampak letusan bisa mengarah ke segala arah.

Baca juga: Ramai soal Video Petir di Puncak Gunung Merapi, Ini Penjelasan BRIN

Mbah Maridjan saat erupsi terjadi

Dikutip dari Harian Kompas (27/10/2010), Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan (72) menjadi salah satu orang yang tidak ingin dievakuasi meski terjadi erupsi diikuti sirene panjang pada pukul 17.58 WIB.

Saat itu, Mbah Maridjan tengah menunaikan shalat Maghrib di masjid yang terletak beberapa ratus meter dari rumahnya.

Ia menolak dievakuasi dan tetap berada di masjid bersama satu anak lelakinya. Sedangkan cucu-cucu, menantu, dan kerabatnya dijemput kendaraan untuk mengungsi.

Rumah juru kunci yang memperoleh gelar dari Keraton Yogyakarta Mas Penewu Surakso Hargo itu sangat dekat dengan puncak Merapi.

Jaraknya sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi. Meskipun masuk dalam kawasan rawan bencana, Mbah Maridjan bersikukuh tidak mau mengungsi.

Sejumlah warga Dusun Kinahrejo, Desa Pelemsari, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DIY, tempat rumah Mbah Maridjan berada, percaya pada sosok juru kunci itu sehingga turut menolak dievakuasi.

Baca juga: Viral, Video Benda Bercahaya Melintas di Gunung Merapi, Apa Itu?

Korban meninggal

Dilansir dari Kompas.com (26/10/2019), erupsi tersebut lebih besar dibanding dengan tahun 2006. Sebab, energi yang keluar lebih besar.

Akibat kejadian ini, 32 orang meninggal termasuk Mbah Maridjan dan wartawan Vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.

Mbah Maridjan ditemukan meninggal di rumahnya. Sementara jenazah 30 korban lainnya ditemukan di Dusun Kinahrejo, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.

Adapun satu korban lain meninggal setelah dievakuasi ke RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta.

Tak hanya sekali, erupsi dan banjir lahar dingin yang terjadi di Merapi pada Oktober hingga November 2010 menyebabkan hilangnya nyawa 151 orang.

Angka pengungsi juga naik menjadi 320.090 jiwa. Rentetan erupsi Merapi juga menyebabkan 291 rumah rusak dan satu tanggul di Desa Ngepos jebol akibat luapan lahar dingin.

Baca juga: Kubah Lava Gunung Merapi Berubah, Apa Dampaknya?

(Sumber: Kompas.com/Rosiana Haryanti | Editor: Resa Eka Ayu Sartika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Tren
Kekuasaan Sejarah

Kekuasaan Sejarah

Tren
Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Tren
Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Tren
Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Tren
Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Tren
Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Tren
Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Tren
Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Tren
Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Tren
Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Tren
Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com