Dari data kronologi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi di Yogyakarta, fase awal erupsi ditandai munculnya awan panas (wedhus gembel) pukul 17.02 WIB dengan durasi sembilan menit.
Luncuran pertama diikuti lima luncuran awan panas berdurasi 2-5 menit dan dua awan panas besar pada pukul 17.42 WIB selama 33 menit dan 18.21 WIB selama 33 menit.
Arah luncuran terpantau ke sektor barat-barat daya dan sektor selatan-tenggara. Gelombang awan panas itu mereda pukul 18.54 WIB.
Pada saat itu juga, BPPTK memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau Gunung Merapi mengevakuasi diri karena dampak letusan bisa mengarah ke segala arah.
Baca juga: Ramai soal Video Petir di Puncak Gunung Merapi, Ini Penjelasan BRIN
Dikutip dari Harian Kompas (27/10/2010), Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan (72) menjadi salah satu orang yang tidak ingin dievakuasi meski terjadi erupsi diikuti sirene panjang pada pukul 17.58 WIB.
Saat itu, Mbah Maridjan tengah menunaikan shalat Maghrib di masjid yang terletak beberapa ratus meter dari rumahnya.
Ia menolak dievakuasi dan tetap berada di masjid bersama satu anak lelakinya. Sedangkan cucu-cucu, menantu, dan kerabatnya dijemput kendaraan untuk mengungsi.
Rumah juru kunci yang memperoleh gelar dari Keraton Yogyakarta Mas Penewu Surakso Hargo itu sangat dekat dengan puncak Merapi.
Jaraknya sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi. Meskipun masuk dalam kawasan rawan bencana, Mbah Maridjan bersikukuh tidak mau mengungsi.
Sejumlah warga Dusun Kinahrejo, Desa Pelemsari, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DIY, tempat rumah Mbah Maridjan berada, percaya pada sosok juru kunci itu sehingga turut menolak dievakuasi.
Baca juga: Viral, Video Benda Bercahaya Melintas di Gunung Merapi, Apa Itu?
Dilansir dari Kompas.com (26/10/2019), erupsi tersebut lebih besar dibanding dengan tahun 2006. Sebab, energi yang keluar lebih besar.
Akibat kejadian ini, 32 orang meninggal termasuk Mbah Maridjan dan wartawan Vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.
Mbah Maridjan ditemukan meninggal di rumahnya. Sementara jenazah 30 korban lainnya ditemukan di Dusun Kinahrejo, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Adapun satu korban lain meninggal setelah dievakuasi ke RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta.
Tak hanya sekali, erupsi dan banjir lahar dingin yang terjadi di Merapi pada Oktober hingga November 2010 menyebabkan hilangnya nyawa 151 orang.
Angka pengungsi juga naik menjadi 320.090 jiwa. Rentetan erupsi Merapi juga menyebabkan 291 rumah rusak dan satu tanggul di Desa Ngepos jebol akibat luapan lahar dingin.
Baca juga: Kubah Lava Gunung Merapi Berubah, Apa Dampaknya?
(Sumber: Kompas.com/Rosiana Haryanti | Editor: Resa Eka Ayu Sartika)