Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekuasaan Sejarah

Kompas.com - 27/05/2024, 21:32 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

MAHAGURU ilmu sejarah, Prof Peter Carrey sempat menyadarkan saya tentang betapa sakti mandraguna kekuasaan sejarah sebagai sarana diplomasi untuk menanggulangi masalah konflik antarnegara di marcapada ini.

Dalam menyadarkan saya tentang diplomasi dengan kekuasaan sejarah, Prof Peter Carrey berkisah tentang pidato legendaris Sutan Syahrir pada sidang Dewan Keamanan PBB yang diselenggarakan di Lake Success pada tahun 1947.

Adalah Sutan Syahrir bersama Agus Salim yang berhasil meyakinkan PBB untuk mendesak pemerintah kerajaan Belanda sehingga akhirnya sudi mengakui kemerdekaan Republik Indonesia.

Kekuasaan sejarah juga digunakan oleh tim sukses Jamu Goes To Unesco untuk meyakinkan dewan pertimbangan lembaga pendidikan, sains dan kebudayaan PPB, UNESCO berkenan resmi mengakui jamu sebagai warisan budaya dunia.

Syukur alhamdullilah akhirnya pada 6 Desember 2023, di Botswana, tercatat dengan tinta emas pada lembaran sejarah peradaban dunia.

Fakta sejarah pelayanan kesehatan Nusantara secara kronologis tak terbantahkan membuktikan bahwa sebelum ilmu kedokteran dan obat farmasi sebagai obat tradisional Barat dibawa masuk ke kawasan Nusantara oleh kaum kolonialis dari Eropa, masyarakat Nusantara sejak dahulu kala menggunakan metode pengobatan Nusantara dan jamu untuk merawat kesehatan diri masyarakat Nusantara sendiri.

Selama belum ada mesin waktu untuk mengubah sejarah dengan memutar balik waktu, maka mustahil masyarakat Nusantara menggunakan ilmu kedokteran dan obat farmasi sebab de facto peradaban kesehatan Barat masuk bersama kolonialisme ke wilayah Nusantara baru tahun 1511.

Sebelum kaum kolonialis dari Eropa merangsek masuk ke wilayah Nusantara, fakta sejatah membuktikan secara tak terbantahkan bahwa masyarakat Nusantara sudah sedemikian sehat walafiat dan segar bugar sehingga mampu membangun kerajaan mulai dari Kutai, Tarumanegara, Medang, Sriwijaya, Singhasari, Majapahit sampai Mataram.

Kakek-nenek moyang bangsa Indonesia terbukti sehat walafiat dan segar bugar bukan berkat jasa para dokter dan obat farmasi, tetapi berkat jasa para dukun dan jamu.

Bahwa kini setelah 1945 bangsa Indonesia sudah merdeka mazhab kedokteran dan obat farmasi de facto maupun de jure dinobatkan sebagai jalur tunggal utama Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia merupakan fakta kesuksesan kaum kolonialis memaksakan warisan peradaban kesehatan Barat kepada bangsa Indonesia sebagai bekas bangsa terjajah kaum kolonialis.

Bangsa Indonesia di masa kini memang sudah merdeka secara politik dan militer, tetapi sayang belum merdeka secara peradaban termasuk dalam bidang pendidikan dan pelayananan kesehatan.

Bahkan WHO sudah memaklumatkan paradigma pelayanan kesehatan planet bumi abad XXI adalah preventif dan promotif sebagai dua potensi utama jamu, namun pilar-pilar kedaulatan jamu masih belum ditegakkan justru di negeri sendiri yang secara sosio-politik sudah terlanjur dikuasai ilmu kedokteran dan ilmu farmasi.

Naskah ini pun harus siap dicemooh, bahkan dihujat oleh para pemberhala peradaban kesehatan Barat.

Insya Allah setelah UNESCO resmi mengakui jamu sebagai warisan budaya dunia, maka layak diharapkan bahwa bangsa Indonesia akhirnya tersadar atas semangat Kebanggaaan Nasional maka bangkit untuk menghargai dan menghormati jamu dan pengobat Nusantara setara berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan obat farmasi sebagai obat tradisional Barat serta para dokter sebagai para pengobat tradisional Barat di dalam sistem kesehatan nasional Indonesia.

Sungguh disayangkan bahwa tampaknya potensi kekuasaan sejarah masih sulit didayagunakan sebagai alat diplomasi demi mendamaikan bangsa Israel dengan bangsa Palestina akibat masing-masing bangsa justru bersikeras untuk berkiblat pada sejarah versi masing-masing pihak yang sedang berseteru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Siswi SMAN 8 Medan Tak Naik Kelas, Ini Penjelasan Polisi, Kepsek, dan Disdik

Ramai soal Siswi SMAN 8 Medan Tak Naik Kelas, Ini Penjelasan Polisi, Kepsek, dan Disdik

Tren
Perang Balon Berlanjut, Kini Korut Kirimkan Hello Kitty dan Cacing ke Korsel

Perang Balon Berlanjut, Kini Korut Kirimkan Hello Kitty dan Cacing ke Korsel

Tren
Perjalanan Kasus Karen Agustiawan, Eks Dirut Pertamina yang Rugikan Negara Rp 1,8 T

Perjalanan Kasus Karen Agustiawan, Eks Dirut Pertamina yang Rugikan Negara Rp 1,8 T

Tren
Ini Kronologi dan Motif Anak Bunuh Ayah Kandung di Jakarta Timur

Ini Kronologi dan Motif Anak Bunuh Ayah Kandung di Jakarta Timur

Tren
Pasangan Haji Meninggal Dunia, Jalan Kaki Berjam-jam di Cuaca Panas dan Sempat Hilang

Pasangan Haji Meninggal Dunia, Jalan Kaki Berjam-jam di Cuaca Panas dan Sempat Hilang

Tren
Kata Media Asing soal PDN Diserang 'Ransomware', Soroti Lemahnya Perlindungan Siber Pemerintah Indonesia

Kata Media Asing soal PDN Diserang "Ransomware", Soroti Lemahnya Perlindungan Siber Pemerintah Indonesia

Tren
Populasi Thailand Turun Imbas Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing

Populasi Thailand Turun Imbas Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing

Tren
Kisah Nenek Berusia 105 Tahun Raih Gelar Master dari Stanford, Kuliah sejak Perang Dunia II

Kisah Nenek Berusia 105 Tahun Raih Gelar Master dari Stanford, Kuliah sejak Perang Dunia II

Tren
Kronologi dan Kejanggalan Kematian Afif Maulana Menurut LBH Padang

Kronologi dan Kejanggalan Kematian Afif Maulana Menurut LBH Padang

Tren
7 Fakta Konser di Tangerang Membara, Vendor Rugi Rp 600 Juta, Ketua Panitia Diburu Polisi

7 Fakta Konser di Tangerang Membara, Vendor Rugi Rp 600 Juta, Ketua Panitia Diburu Polisi

Tren
Banjir Dukungan untuk Bobby Nasution di Pilkada Sumut 2024, Terbaru Nasdem

Banjir Dukungan untuk Bobby Nasution di Pilkada Sumut 2024, Terbaru Nasdem

Tren
6 Fakta Gangguan Pusat Data Nasional, Pelaku Minta Tebusan 8 Juta Dollar AS

6 Fakta Gangguan Pusat Data Nasional, Pelaku Minta Tebusan 8 Juta Dollar AS

Tren
Cara Daftar BCA ID untuk Aktivasi Layanan myBCA, Transaksi Perbankan Jadi Lebih Mudah

Cara Daftar BCA ID untuk Aktivasi Layanan myBCA, Transaksi Perbankan Jadi Lebih Mudah

Tren
Jadwal dan Harga Tiket Kunjungan Malam Observatorium Bosscha 2024

Jadwal dan Harga Tiket Kunjungan Malam Observatorium Bosscha 2024

Tren
7 Fakta Boeing 737 Korean Air Terjun Bebas, 15 Penumpang Luka-luka

7 Fakta Boeing 737 Korean Air Terjun Bebas, 15 Penumpang Luka-luka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com