Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Berhenti Mengonsumsi Obat Darah Tinggi?

Kompas.com - 10/10/2023, 14:00 WIB
Aulia Zahra Zain,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Cara berhenti konsumsi obat darah tinggi dengan aman 

Masih dari sumber yang sama, keputusan untuk menghentikan konsumsi obat darah tinggi perlu didasarkan pada pembacaan tekanan darah, melihat kesehatan Anda secara keseluruhan, dan kemungkinan faktor yang berkontribusi. 

Penelitian belum menentukan secara pasti berapa lama Anda harus memiliki tekanan darah normal sebelum akhirnya bisa menghentikan pengobatan. 

Namun, penelitian menunjukkan, lebih baik menunggu antara enam bulan hingga dua tahun jika hendak berhenti mengonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi

Percobaan tidak mengonsumsi obat tekanan darah dapat dilakukan jika: 

  • Penyedia layanan kesehatan menyatakan tekanan darah tinggi Anda disebabkan oleh faktor-faktor yang bisa diubah. 
  • Anda melakukan perubahan positif dengan melakukan gaya hidup sehat. 
  • Pembacaan tekanan darah Anda telah membaik. 
  • Jika penyedia layanan kesehatan setuju bahwa Anda aman untuk berhenti minum obat tekanan darah, maka ikuti instruksi mereka dengan cermat. 

Anda mungkin perlu menggunakan dosis yang lebih rendah beberapa saat sebelum berhenti sepenuhnya. 

Penyedia layanan kesehatan Anda dapat memantau tekanan darah Anda selama beberapa minggu sambil perlahan-lahan menurunkan dosis Anda untuk menghentikannya dengan aman. 

Baca juga: Berapa Angka Tensi Darah Normal dan Cara Cepat Turunkan Darah Tinggi?

Mereka yang tidak boleh berhenti mengonsumsi obat

Dikutip dari HealthCentral, Senin (10/7/2023), meskipun sudah menjaga pola hidup, tapi beberapa orang memiliki faktor risiko tekanan darah tinggi yang tidak dapat diubah sehingga membuat pengobatan menjadi suatu keharusan.

Jika ini terjadi pada Anda, maka Anda dan obat tekanan darah tinggi akan saling menempel dalam jangka panjang, mungkin seumur hidup.

Berikut merupakan faktor hipertensi yang tidak dapat diubah:

  • Ras tertentu: American Heart Association mengatakan bahwa orang Amerika keturunan Afrika memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan orang kulit putih, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat diabetes dan obesitas pada kelompok ras ini atau karena gen yang membuat mereka lebih sensitif terhadap garam.
  • Berusia di atas 55 tahun.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi atau penyakit jantung.
  • Memiliki kondisi medis yang berkontribusi atau memperburuk tekanan darah tinggi.

Jika Anda memiliki satu atau lebih faktor risiko ini, menghentikan pengobatan dapat membuat Anda kembali berpotensi mengalami komplikasi hipertensi seperti stroke atau serangan jantung.

Hal ini juga dapat memperburuk kondisi kesehatan kronis yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi seperti diabetes, gangguan tidur yang berpotensi serius (sleep apnea), dan penyakit ginjal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com