Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori di Balik Lagu Anak "London Bridge is Falling Down", dari Serangan Bangsa Viking dan Sosok Fair Lady

Kompas.com - 01/08/2023, 06:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - "London Bridge is Falling Down" adalah salah satu lagu anak yang populer di dunia.

Di Indonesia, lagu ini juga umum dikenal anak-anak dengan judul terjemahan, "Jembatan London Runtuh".

Meski dikenal sebagai lagu anak, namun ada teori dan kisah-kisah mencengangkan yang ada di belakangnya.

Banyak pihak mempercayai ada cerita di balik asal usul lagu tersebut.

Arti lagu London Bridge is Falling Down

Dikutip dari HistoryDaily, "London Bridge is Falling Down" menjadi populer sekitar tahun 1850-an.

Namun banyak ahli percaya lagu tersebut diciptakan jauh lebih lama dari waktu tersebut.

Sejumlah ahli sejarah mempercayai lagu tersebut mungkin berasal dari era Abad Pertengahan, dengan kata-kata yang mungkin berubah seiring waktu.

Oleh karena itu, jika lagu tersebut benar menceritakan suatu peristiwa, maka diperkirakan peristiwa yang ada terjadi di Abad Pertengahan.

Sedangkan referensi cetak lirik lagu ini dipercaya pertama kali muncul tahun 1725.

Baca juga: Mengajak Anak Kecil Nonton di Bioskop, Apa Risikonya?

Kemungkinan lirik tersebut merujuk pada kejadian tahun tersebut di mana jembatan tidak benar-benar runtuh namun hanya rusak.

Meski demikian ada beberapa teori terkait cerita tersebut yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

Teori serangan bangsa viking

Salah satu teori yang melatarbelakangi lagu ini adalah bahwa lirik demi liriknya menceritakan soal serangan bangsa Viking.

Viking di bawah kepemimpinan Raja Olaf II diperkirakan bertanggung jawab atas jatuhnya jembatan London saat itu.

Meski demikian, tidak ada bukti nyata mengenai hal tersebut dari pihak Inggris.

Dikutip dari Allthatsinteresting, serangan tersebut terjadi tahun 1014.

Halaman:

Terkini Lainnya

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com