Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinjauan Jokowi ke Lampung dan Mengapa Jalan yang Baru Diperbaiki Bisa Rusak Lagi?

Kompas.com - 06/05/2023, 08:31 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ruas Jalan Simpang Randu-Rumbia di Lampung Tengah, Provinsi Lampung yang sempat diperbaiki kembali rusak hanya berselang dua hari sejak diperbaiki.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (5/5/2023), Pemprov Lampung sempat melakukan perbaikan pada ruas Jalan Simpang Randu Gaya Baru serta wilayah seputar Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah jelang kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Namun, pada Jumat pagi, jalan yang ditambal dengan batu kerikil dan aspal tipis itu kembali rusak. Lapisan aspal mengelupas sehingga jalan kembali berlubang. Akibatnya, kendaraan harus berhati-hati saat melintas di jalan yang bergelombang itu.

Hujan yang turun pada Kamis (4/5/2023) malam diduga menyebabkan jalan yang rusak sepanjang 500 meter ini kembali berlubang dan berlumpur.

Baca juga: Saat Malaysia Gratiskan Jalan Tol Selama 4 Hari Lebaran...

Lalu, mengapa jalan beraspal yang baru diperbaiki kembali rusak?


Penyebab kerusakan jalan

Kepala Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Slamet Widodo mengungkapkan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi keadaan jalan beraspal.

"Untuk perbaikan jalan tipe perkerasan lentur (aspal), banyak faktor yang mempengaruhi," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (5/5/2023).

Berikut faktor yang memengaruhi kondisi aspal:

  1. Kondisi tanah setempat
  2. Volume lalu lintas
  3. Beban (tonase) kendaraan
  4. Akurasi perencanaan lapis perkerasan jalan (aspal)
  5. Kualitas material dan pengerjaan
  6. Fungsi drainase di sekitar badan jalan

Baca juga: Kantor MUI Ditembak, Pelakunya Ber-KTP dan Domisili Lampung

Cuaca juga bisa berpengaruh

Mobil dinas Presiden Joko Widodo melintas di jalan rusak di Kampung Rama Nirwana, Seputih Raman, Lampung Tengah, Lampung, Jumat (5/5/2023). Presiden Jokowi mengucurkan dana Rp 800 miliar untuk memperbaiki jalan rusak di Provinsi Lampung.ANTARA FOTO/ARDIANSYAH Mobil dinas Presiden Joko Widodo melintas di jalan rusak di Kampung Rama Nirwana, Seputih Raman, Lampung Tengah, Lampung, Jumat (5/5/2023). Presiden Jokowi mengucurkan dana Rp 800 miliar untuk memperbaiki jalan rusak di Provinsi Lampung.

Menurutnya, setiap lokasi memiliki data lapangan berbeda yang menentukan penyebab pasti kerusakan jalannya.

"Umumnya, pertumbuhan volume lalu lintas, bobot/tonase kendaraan, dan drainase yang kurang berfungsi maksimal," lanjut dia.

Selain itu, cuaca juga dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kondisi jalan. Sebagai contoh, hujan dengan debit air dan volume limpasan air atau ketidakmampuan terserap tanah yang tinggi dapat mempengaruhi fungsi drainase.

Drainase berfungsi sebagai saluran pembuangan air. Jika tidak berfungsi, maka mengakibatkan badan jalan cepat rusak akibat tergerus air hujan.

Saat jalan tidak memenuhi faktor tadi, maka jalan akan mengalami kerusakan.

Baca juga: Perbaikan Jalan di Lampung Dikebut Saat Jokowi Mau Datang, Pengamat: Bohongi Masyarakat Saat Pilkada

Memperbaiki jalan rusak

Perbaikan jalan di jalan lintas Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah, Selasa (2/5/2023).DOK. warga Perbaikan jalan di jalan lintas Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah, Selasa (2/5/2023).
Untuk memperbaiki jalan agar tidak rusak lagi, Slamet mengatakan, seharusnya dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh di lokasi tersebut.

Terkait jalan di Lampung yang diperbaiki dengan batu kerikil dan aspal tipis, menurutnya hanya bisa diterapkan pada kerusakan jalan yang ringan.

"Cara ini bisa diterapkan untuk kasus kerusakan ringan yang hanya terjadi di lapis permukaan. Tetapi, kalau sudah terjadi kerusakan struktural yang menyentuh lapisan tanah dasar, maka cara ini sudah tidak efektif digunakan," jelasnya.

Sebelum melakukan perbaikan, Slamet menyarankan agar pihak terkait mengumpulkan dan memperhatikan data spesifik kondisi jalan di lokasi tersebut.

Contohnya, volume lalu lintas dan beban/tonase kendaraan yang bisa melewati jalur tersebut, termasuk prediksi pertumbuhannya selama masa layan jalan.

Baca juga: 10 Provinsi dengan Jalan Rusak Paling Banyak di Indonesia, Mana Saja?

Selain itu, perlu ada perencanaan lapis aspal secara akurat, pengawasan kualitas material, dan kesesuaian metode pelaksanaannya. Hal-hal ini disesuaikan dengan klasifikasi jalan dan harus mengacu pada standar nasional jalan di Indonesia.

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang pedoman perencanaan tebal perkerasan jalan yang dikeluarkan oleh Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah dapat dilihat di sini.

"Tidak kalah pentingnya merencanakan saluran drainase yang mampu menampung limpasan air hujan di sekitar badan jalan," tambahnya.

Selain itu, Slamet menyebut monitoring dan pemeliharaan setelah pembangunan ataupun rehabilitasi jalan juga harus dilakukan secara berkala.

Baca juga: Ramai soal Hajatan di Jalan Umum, Bagaimana Aturannya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Tren
Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Tren
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Tren
ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

Tren
Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Tren
Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com