KOMPAS.com - Jahe adalah bahan serbaguna yang memiliki banyak fungsi, mulai dari makanan, penambah rasa, serta bahan obat.
Rimpang ini populer dengan rasa yang pedas dan aroma sedap, menambah cita rasa dan bau khas pada hidangan.
Penelitian dalam The Journal of Nutritional Biochemistry (2020) mengungkapkan, selama lebih dari 3.000 tahun, tanaman jahe telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional.
Manfaat tanaman ini secara tradisional, antara lain mencakup pengobatan sakit kepala, mual, muntah, kram menstruasi, diare, dan pilek.
Dilansir dari Healthline, jahe menyimpan sifat antioksidan dan antiinflamasi, mengatur gula darah, serta membantu mengurangi kolesterol dan tekanan darah untuk melindungi jantung.
Meski memiliki banyak potensi manfaat, jahe pun dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, sehingga patut diwaspadai.
Baca juga: 5 Efek Samping Minum Rebusan Jahe, Kunyit, dan Serai, Apa Saja?
Rutin mengonsumsi jahe mungkin memiliki potensi manfaat untuk mendukung kesehatan tubuh.
Namun, seseorang yang rutin mengonsumsi obat-obatan tertentu perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi jahe.
Hal tersebut guna mencegah interaksi yang dapat berdampak buruk pada tubuh.
Berikut obat yang dapat berinteraksi dengan jahe:
Senyawa antioksidan dalam jahe, yakni gingerol, shogaol, zingiberene, dan bisabolene, memberikan rasa dan aroma pedas yang khas.
Kendati demikian, senyawa antioksidan yang sama juga mungkin memiliki sifat pengencer darah yang sama seperti obat.
Apoteker klinis di University of Minnesota Medical Center, Amerika Serikat, Havy Ngo-Hamilton mengatakan, senyawa ini dapat mengganggu zat yang disebut tromboksan.
"Tromboksan diproduksi oleh sel darah kecil (yang disebut) trombosit. Jika terjadi pendarahan, tromboksan memicu trombosit menggumpal membentuk gumpalan darah di lokasi cedera," jelasnya, dikutip dari laman Eating Well, Kamis (2/5/2024).
Zat tersebut juga mengurangi aliran darah ke tempat cedera dengan cara menyempitkan pembuluh darah.
Namun, risiko pendarahan akan meningkat karena jahe dapat mengganggu tromboksan, sehingga mengacaukan proses pembekuan darah secara alami.
Dengan kata lain, suplemen, minuman, atau jahe dalam bentuk apa pun mungkin memiliki khasiat pengencer darah dan dapat meningkatkan risiko pendarahan jika dikonsumsi bersamaan dengan obat pengencer darah.
Beberapa obat pengencer darah yang dimaksud, termasuk warfarin (Coumadin), aspirin, clopidogrel (Plavix), dan rivaroxaban (Xarelto).
Baca juga: 7 Khasiat Jahe serta Efek Sampingnya bagi Tubuh
Sejumlah penelitian telah melaporkan khasiat jahe dalam menurunkan kadar gula darah puasa dan meningkatkan sensitivitas insulin pada penderita diabetes tipe 2.
Meski termasuk berita baik, penderita diabetes yang sudah mengonsumsi obat penurun gula darah, seperti metformin atau insulin, justru berpotensi merasakan dampak buruk.
Pasalnya, menambahkan jahe dapat menurunkan kadar gula darah penderita secara drastis.
Senyawa yang terdapat dalam jahe dapat mengganggu enzim yang bertanggung jawab untuk memecah karbohidrat, sehingga memperburuk dampak pengobatan diabetes.
"Jika dikonsumsi berlebihan, jahe dapat menyebabkan hipoglikemia atau gula darah rendah," papar Ngo-Hamilton.
Ngo-Hamilton mengatakan, orang yang menderita aritmia atau gangguan detak jantung juga dianjurkan untuk menghindari mengonsumsi jahe.
Sebab, jahe juga dapat berinteraksi dengan obat antiaritmia, seperti amiodarone, termasuk merek Pacerone dan Cordarone.
Sel-sel jantung manusia memiliki saluran kalsium yang mendukung kemampuannya dalam berkontraksi.
Senyawa yang ada dalam jahe berpotensi menghalangi kalsium memasuki sel jantung, sehingga berpotensi menurunkan tekanan darah.
Jahe dapat meningkatkan efektivitas obat tekanan darah, yang berpotensi mengganggu angiotensin, hormon pengatur tekanan darah dan kadar cairan dalam tubuh.
Jika terjadi dalam jangka panjang, hal tersebut dapat mengendurkan pembuluh darah, sehingga menyebabkan tekanan darah rendah.
Tekanan darah yang rendah akan menurunkan kemampuan jantung untuk memompa darah.
Lama-kelamaan, kondisi ini dapat memicu masalah pada jantung, seperti gagal jantung, aritmia, dan bahkan serangan jantung.