Mereka terbang di atas wilayah koloni Inggris yang kelak menjadi Negara Bagian Sabah, Malaysia di malam hari.
Menariknya, sandi operasi itu dinamai "Operasi Lulu".
"Saya diajak Pak Leo Wattimena. Ada penerbang dan kopilot. Saya menjadi kru tambahan dalam operasi tersebut. Seusai operasi, saya membuat laporan dan bertanya kepada Pak Leo Wattimena, 'Apa sandi operasinya?' Dijawab, 'Kasih nama kamu.' Jadilah operasi itu disebut Operasi Lulu," ujarnya.
Seusai menjalani misi itu, Lulu mengaku tertidur di pesawat karena kelelahan. Setelah dijemput di pangkalan udara di Pontianak, ia pun tidur sendirian di mess TNI AD.
Baca juga: Mengenal Marie Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia
Sementara itu, Herdini mengaku pernah membawa pesawat yang tidak memiliki komunikasi radio ke tower.
Untuk menentukan arah, ia menggunakan kompas, kemudian mengikuti jalur kereta api, dan tanda-tanda alam.
Suatu ketika, Herdini pernah tidak mulus mendaratkan pesawat ringan Piper Cub, sehingga melintir karena ketakutan melihat ada pesawat DC-3 Dakota yang mau mendarat di Halim.
Menurut Herdini, instrukturnya ketika itu mengatakan, wajahnya seputih kertas saat keluar dari kokpit.
Pada kesempatan lain, ia harus menghindari semburan jet pesawat pengebom Tu-16.
Herdini mundur dari dinas militer pada 1966, sementara Lulu mundur dua tahun kemudian, yakni pada 1968.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.