Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lulu Lugiyati dan Herdini Suryanto, Srikandi Pilot Pertama Indonesia

Kompas.com - 14/02/2023, 07:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Lulu Lugiyati dan Herdini Suryanto tercatat dalam sejarah sebagai pilot perempuan pertama Indonesia.

Keduanya termasuk dalam Wanita Angkatan Udara (Wara) TNI AU angkatan pertama yang diterima pada 1963.

Lahir pada 25 November 1941, Lulu adalah mahasiwi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung yang tergiur melihat iklan penerimaan Wara TNI AU pada 1963.

Sementara Herdini yang dilahirkan pada 19 April 1938 merupakan mahasiswi tingkat akhir Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Herdini mendapat informasi dari teman-temannya di kelompok terbang layang di lingkungan TNI AU terkait penerimaan Wara TNI AU.

"Kalau bukan angkatan pertama, belum tentu saya berminat," kenang Lulu.

"Iya kalau bukan yang pertama, saya juga tidak antusias," Herdini menimpali, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 10 April 2016.

Baca juga: Mengenal Sosok Maria Ulfah Soebadio, Menteri Perempuan Pertama Indonesia dan Pejuang Kaum Wanita


Setelah mengikuti seleksi, Lulu dan Herdini akhirnya lolos menjadi anggota Wara bersama 28 anggota lainnya dan mengikuti pendidikan di Kaliurang, Yogyakarta pada 1963.

Setelah lulus dari pendidikan dasar militer, keduanya mengikuti pendidikan pilot.

Dari 30 anggota Wara, ada tiga orang yang mengikuti pendidikan pilot dengan dua di antaranya berhasil lulus dan menghadiri hari pelantikan (wing day), yakni Lulu dan Herdini.

Saat itu, mereka hanya terbang 10 jam bersama instruktur, kemudian langsung dilepas terbang solo.

Menurut Lulu, ia terpaksa harus mengganjal kursinya dengan bantal agar bisa menginjak pedal rudder saat mengendalikan pesawat ringan Piper Cub L-4J.

Herdini menambahkan, mereka juga harus berjalan zig-zag saat melaju (taxi) di landasan menuju titik lepas landas karena kokpit Piper Cub mendongak ke atas.

"Kami ini angkatan percobaan untuk membuktikan perempuan bisa menerbangkan pesawat atau tidak. Selanjutnya kami tidak konversi ke pesawat jenis lain," kata Lulu.

Baca juga: Mengenal Pratiwi Sudarmono, Astronot Pertama dan Satu-satunya dari Indonesia

Pengalaman bertugas

Pada 1964, Lulu terlibat dalam misi penerbangan TNI AU untuk menjatuhkan ribuan selebaran propaganda menentang pembentukan Malaysia.

Mereka terbang di atas wilayah koloni Inggris yang kelak menjadi Negara Bagian Sabah, Malaysia di malam hari.

Menariknya, sandi operasi itu dinamai "Operasi Lulu".

"Saya diajak Pak Leo Wattimena. Ada penerbang dan kopilot. Saya menjadi kru tambahan dalam operasi tersebut. Seusai operasi, saya membuat laporan dan bertanya kepada Pak Leo Wattimena, 'Apa sandi operasinya?' Dijawab, 'Kasih nama kamu.' Jadilah operasi itu disebut Operasi Lulu," ujarnya.

Seusai menjalani misi itu, Lulu mengaku tertidur di pesawat karena kelelahan. Setelah dijemput di pangkalan udara di Pontianak, ia pun tidur sendirian di mess TNI AD.

Baca juga: Mengenal Marie Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia

Sementara itu, Herdini mengaku pernah membawa pesawat yang tidak memiliki komunikasi radio ke tower.

Untuk menentukan arah, ia menggunakan kompas, kemudian mengikuti jalur kereta api, dan tanda-tanda alam.

Suatu ketika, Herdini pernah tidak mulus mendaratkan pesawat ringan Piper Cub, sehingga melintir karena ketakutan melihat ada pesawat DC-3 Dakota yang mau mendarat di Halim.

Menurut Herdini, instrukturnya ketika itu mengatakan, wajahnya seputih kertas saat keluar dari kokpit.

Pada kesempatan lain, ia harus menghindari semburan jet pesawat pengebom Tu-16.

Herdini mundur dari dinas militer pada 1966, sementara Lulu mundur dua tahun kemudian, yakni pada 1968.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com