Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Kotoran Jatuh ke Rel Saat BAB di Toilet Kereta? Ini Kata PT KAI

Kompas.com - 27/12/2022, 18:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

PT KAI pakai toilet ramah lingkungan sejak 2010

Dikutip dari laman Kompas.com, toilet ramah lingkungan pertama kali diresmikan pada Minggu 12 September 2010 di KA Argo Lawu jurusan Jakarta-Solo.

"PT KA selalu berusaha memperbaiki mutu pelayanan tidak hanya kepada penumpang tetapi juga kepada lingkungan sesuai dengan misi kereta api yakni untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi kelestarian lingkungan," ujar Direktur Utama PT KAI saat itu, Ignasius Jonan sebagaimana dikutip dari Kompas.com, 12 September 2010.

Direktur Utama PT Industri Kereta Api (Inka) Roos Diatmoko saat itu mengatakan, gagasan teknologi toilet ramah lingkungan telah diajukan ke PT KAI sejak 1995.

Namun ide tersebut baru dapat direalisasikan pada 2009.

Konsep toilet ramah lingkungan

Toilet ramah lingkungan mengacu pada prinsip bersih, tidak menimbulkan bau, dan higienis. Limbah diproses dengan mikrobakteri sebelum dibuang di track (jalur) kereta api.

Karakteristik mikrobakteri yang dipilih harus sudah banyak tersedia di pasaran sekarang. Dengan kapasitas 100 gram mikrobakteri, toilet mampu menghancurkan kotoran manusia padat seberat 1 kilogram dalam waktu delapan jam.

Menurut Roos, mengacu seperti di Jepang, di setiap stasiun semestinya terdapat pengolahan limbah dari setiap toilet kereta api.

Pembilasan dan sanitasi toilet ramah lingkungan kereta api secara sederhana memadukan sistem pembilasan (flushing) dan sanitasi.

Sistem pembilasan menggunakan udara bertekanan untuk mengalirkan limbah toilet ke tangki penampungan. Berikutnya, dengan sistem sanitasi di dalam tangki penampungan terjadi proses penguraian atau dekomposisi limbah.

Di dalam tangki penampungan disediakan jalur pengisian mikrobakteri.

”Tidak ada pembuangan kotoran sebelum diproses mikrobakteri,” kata Roos.

Mengurai limbah jadi tidak bau

 

Mikrobakteri di dalam tangki penampungan pada prinsipnya menguraikan limbah padat menjadi gas dan cairan.

Limbah gas dan cairan ini tergolong ramah lingkungan karena tidak berbau ketika harus dibuang di jalur jalan kereta api.

Proses dekomposisi limbahnya secara aerobic biodegradation atau kinerja mikrobakteri yang membolehkan terkontaminasi dengan udara luar. Menurut Roos, mikrobakteri tidak membutuhkan perawatan kecuali penambahannya.

”Mikrobakteri juga diutamakan yang tahan odor dan desinfektan,” kata Roos.

Di dalam tangki penampungan terdapat bahan organik ijuk yang berfungsi sebagai filter atau penyaring limbah padat.

Di dalam bahan filter itulah terjadi dekomposisi limbah oleh mikrobakteri. Limbah padat yang sudah terdekomposisi akan menjadi cairan.

Selanjutnya, dekomposisi limbah ini didistribusikan ke instalasi pengolahan limbah di setiap stasiun pemberhentian.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com