"Apakah kebutuhan karbohidrat itu hanya akan dipenuhi oleh gandum atau bisa juga disubstitusi dengan komoditas (sumber) karbohidrat yang lain," kata Agus.
"Misalkan mengolah mi, kemudian mengolah roti-rotian, itu kan juga sudah ada kelompok yang mengganti bahan pokok gandum menjadi bahan pokok yang dari lokal, tepung dari singkong dan ketela, seperti itu. Itu bisa dikembangkan, sehingga ketergantungan gandum yang notabene dari impor itu bisa diatasi," sambungnya.
Baca juga: Mengapa Respons Dunia terhadap Konflik Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel Berbeda?
Terakhir yang juga tidak kalah penting, Agus juga mengimbau masyarakat agar tidak melakukan panic buying.
Panic buying disebut menjadi ciri konsumen yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang konsumen.
"Sebetulnya kan sebagai konsumen kita tidak hanya punya hak dan kewajiban, tapi juga tanggung jawab. Tanggung jawab salah satunya bagaimana kita peduli terhadap kelompok (konsumen) lain," ungkap dia.
Baca juga: Minyak Goreng Murah tapi Masih Langka? Ini Kata Pengamat Ekonomi
Tindakan panic buying menjadi tindakan yang tidak dibenarkan.
Ini dianggap sebagai langkah yang mengedepankan ego.
"YLKI berharap masyarakat tidak perlu melakukan panic buying, berlaku seperti biasa, membeli sesuai kebutuhan, bukan keinginan, dan menghindari panic buying," pungkas dia.
Baca juga: Minyak Goreng Masih Langka dan Mahal, Apa Penyebabnya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.