Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Covid-19 Berpengaruh terhadap Kesuburan Pria?

Kompas.com - 30/01/2021, 19:03 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Seperti diketahui, demam menjadi salah satu gejala paling umum dari virus corona, sehingga tautan ini dapat menjelaskan beberapa kerusakan yang terlihat dalam penelitian.

Meski demikian, seringkali kerusakan dapat berkurang seiring waktu.

"Telah didokumentasikan dengan baik bahwa perubahan yang merugikan sering terlihat setelah penyakit sistemik dengan pemulihan biasanya memakan waktu setidaknya 3 bulan," ujar Profesor Alison Murdoch, seorang ahli kesuburan di Newcastle University.

"Seperti yang diakui penulis, temuan mereka mungkin merupakan respons yang tidak spesifik," lanjut dia.

Murdoch menambahkan, diperlukan penelitian jangka panjang sebelum testis dianggap sebagai organ berisiko tinggi khusus untuk Covid-19.

Menurut dia, penting dicatat bahwa tidak ada bukti virus Covid-19 dalam air mani dan belum ada bukti virus dapat ditularkan melalui air mani.

Baca juga: Studi di Wuhan Temukan Gejala Covid-19 Dapat Bertahan hingga 6 Bulan

Kekhawatiran para ahli

Sejak dimulainya pandemi Covid-19, muncul kekhawatiran tentang dampak virus corona pada kesuburan pria yang terinfeksi.

Allan Pacey, seorang profesor andrologi di The University of Sheffield di South Yorkshire, Inggris yang telah meninjau sekitar 14 studi yang diterbitkan tentang topik tersebut, menyimpulkan bahwa efek corona virus yang dapat diukur pada kesuburan pria kemungkinan hanya sedikit dan sementara.

Temuan penelitian ini, menurut dia, bisa jadi karena faktor lain, seperti penggunaan obat untuk mengobati virus, yang juga diakui penulis dalam penelitian tersebut.

"Oleh karena itu, yang saya lihat dalam kumpulan data ini adalah kemungkinan perbedaan kualitas sperma antara pria yang sakit demam dan mereka yang sehat. Kami sudah tahu bahwa penyakit demam dapat berdampak pada produksi sperma, apa pun penyebabnya," kata Pacey.

Sementara itu, seorang profesor emeritus di Queen's University Belfast di Irlandia, Sheena Lewis, mengkhawatirkan pria obesitas dengan Covid-19.

"Kami tahu bahwa obesitas saja mengurangi kualitas sperma. Perawatan Covid-19 mungkin juga memengaruhi kualitas sperma pria ini, bukan virus itu sendiri," ujar Lewis.

Para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian juga skeptis tentang kesimpulan laporan dan mendesak kehati-hatian dalam mengeneralisasikan temuan ini.

"Saya perlu memberikan catatan yang kuat tentang kehati-hatian dalam interpretasi mereka terhadap data ini," ujar Pacey.

"Sebagai contoh, penulis menyatakan bahwa data mereka menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 menyebabkan gangguan signifikan pada fungsi reproduksi pria, namun itu hanya benar-benar menunjukkan hubungan," lanjutnya.

Sementara itu, Dr. Channa Jayasena, konsultan endokrinologi reproduksi dan andrologi di Imperial College London menjelaskan, sakit akibat virus seperti flu dapat sementara menurunkan jumlah sperma (terkadang menjadi nol) selama beberapa minggu atau bulan.

"Ini membuat sulit untuk mengetahui seberapa banyak pengurangan yang diamati dalam penelitian ini khusus untuk Covid-19, daripada hanya karena sakit," kata Jayasena.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com