"Di pengajuan disyaratkan tentang raport 2 semester, data murid, tulisan tentang Covid-19, dan tulisan mengenai pembelajaran jarak jauh," jelas Dwi.
Semua data itu ia kirimkan pada awal September. Sebulan kemudian, Dwi dihubungi untuk mengirimkan foto KK dan KTP orangtua siswa sebagai pelengkap.
Hingga di tanggal 14 Oktober, Dwi mendapat kabar bahwa bantuan 7 ponsel pintar yang ia ajukan sudah dikirim melalui layanan pengiriman.
"Kami terima (kiriman itu) tanggal 18 Oktober dengan kondisi baik, tetapi rupanya persoalan baru muncul. Ketika kami buka ternyata belum dipasang pelindung layar dan casing. Kondisi ini bila dibiarkan maka HP cepat rusak dan rawan pecah kalau jatuh," ungkapnya.
Baca juga: Soroti PJJ, FSGI Sebut Peserta Didik Sulit Atasi Masalah Psikologis
Dwi pun berpikir untuk membelikan pelindung layar dan casing itu dengan dana donasi masyarakat yang memang bersedia membantu.
"Persoalan kedua muncul lagi. Di mana mau membeli, karena kami tinggal di desa. Akhirnya diputuskan untuk membeli secara online dan memerlukan waktu mulai dari pemesanan sampai pengiriman hampir 2 minggu," kisah Dwi.
Setelah paket pesanan itu diterima, Dwi dan suami mengantarkannya secara langsung pada masing-masing siswa yang sebelumnya telah mereka pilih.
Dwi melakukan perjalanan hingga belasan kilometer ke pedalaman demi memastikan ponsel-ponsel itu diterima di tangan siswa-siswa suaminya yang membutuhkan.
Alasannya sederhana, Dwi mengatakan rumah mereka terlalu jauh untuk mengambil ponsel-ponsel itu.
"Motivasi kami untuk mengantar ponsel ini adalah sebagai bentuk rasa syukur kami, siswa yang kurang mampu bisa mendapatkan ponsel untuk belajar dan tidak ketinggalan pelajaran. Bagi kami ini sebuah kebahagiaan tersendiri," aku Dwi.
Baca juga: Dana BOS 2021, Mendikbud Nadiem: Bisa Digunakan untuk Guru Honorer
Ia tidak mempermasalahkan ketika harus pergi jauh memasuki perkampungan dengan akses jalan yang sulit.
"Perjalanan ke rumah siswa paling jauh adalah 12 km melewati hutan dan menyeberang sungai. Kondisi jalan becek karena habis hujan dan sangat sepi, tapi tidak menyurutkan langkah kami untuk mengantar ponsel," tutur Dwi.
Ia pun membagikan video perjalanannya menuju rumah siswa dalam akun Twitter @kurniastutidwi1.
@ghinaghaliya perjalanan ke rumah imelda. Jarak ke sekolah kurang lebih 12 km dg melewati hutan dan jalan yg becek kalau hutan. Juga harus menyeberang sungai pic.twitter.com/MIoF6vKUnJ
— Dwi kurniastuti (@Kurniastutidwi1) November 7, 2020
@ghinaghaliya perjalanan ke rumah imelda. Jarak ke sekolah kurang lebih 12 km dg melewati hutan dan jalan yg becek kalau hutan. Juga harus menyeberang sungai pic.twitter.com/MIoF6vKUnJ
— Dwi kurniastuti (@Kurniastutidwi1) November 7, 2020
Baca juga: Bantuan Kuota Internet Tak Kunjung Cair? Ini Penjelasan Kemendikbud
"Ketika kami melihat betapa gembiranya murid bisa mendapatkan ponsel, maka hilanglah semua capek perjalanan, semua terbayar lunas. Yang ada adalah rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya," ungkap Dwi.
Salah satu murid yang menerima ponsel ini adalah Imelda. Berdasarkan unggahannya yang lain, Imelda adalah seorang anak dari ayah yang bekerja sebagai buruh nelayan penangkap ikan.
Biasanya, Imelda meminjam ponsel sepupunya untuk belajar. Di samping itu, Imelda juga bekerja sebagai pengupas kepiting demi mengumpulkan uang untuk membeli ponsel.
Oleh karena itu, ketika menerima bantuan ponsel lengkap yang diantarkan oleh Dwi, Imelda sangat senang dan berterima kasih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.