APA yang disebut sebagai kebahagiaan merupakan perasaan tergolong subyektif maka mustahil obyektif kecuali dipaksakan untuk menjadi obyektif.
Demi bisa dimanfaatkan sebagai komoditas, memang industri statistik gemar mengobyektifkan segala sesuatu.
Maka apa yang disebut kebahagiaan juga di-statistik-an termasuk menentukan negara mana yang masyarakatnya yang paling merasa bahagia dengan kaidah yang ditentukan oleh para ahli ilmu statistika.
Di antara sekian banyak produsen statistika kebahagiaan ada yang menyatakan bahwa Selandia Baru menduduki peringkat pertama di antara seluruh negara di planet bumi ini.
Sebagai insan yang pernah beberapa kali berkunjung ke Selandia Baru untuk bertamasya mau pun mempergelar konser saya setuju dengan penobatan Selandia Baru sebagai juara pertama negara dengan masyarakat paling bahagia di planet bumi ini.
Apalagi setelah menyimak fakta kaum pribumi Selandia Baru hidup damai bersama dengan kaum non-pribumi akibat yang pribumi menghormati yang non-pribumi sementara yang non-pribumi sebagai pendatang tahu-diri bahwa mereka adalah pendatang maka tidak layak ngelunjak.
Juga setelah menyaksikan bagaimana pemerintah Selandia Baru bukan main perintah namun mengabdikan diri kepada rakyat yang telah memilih mereka untuk berkuasa.
Pengabdian para abdi rakyat Selandia Baru tampak jelas pada diri Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dalam menghormati para korban terorisme SARA mau pun dalam bijak memimpin negaranya menghadapi angkara murka Covid-19.
Maka tanpa terpengaruh statistika apa pun, saya yakin bahwa masyarakat Selandia Baru merasa bahagia hidup di Selandia Baru.
Namun mohon dimaafkan bahwa saya pribadi tetap merasa bahwa negara di mana saya merasa paling bahagia adalah Indonesia.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan