Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Jakarta Berkabut Pagi Ini, Berikut Penjelasan dari BMKG

Kompas.com - 06/11/2020, 13:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah warganet mengunggah penampakan kondisi langit di Jakarta yang berkabut pada Jumat pagi (6/11/2020). 

Munculnya kabut ini kemudian menjadi pertanyaan bagi warganet, apakah karena kondisi cuaca, adanya polusi udara atau perisitiwa lainnya. 

"Kok ngerasa hari ini Jakarta berkabut banget ya, antara polusi atau kabut beneran," tulis akun Twitter Indira Dwi Novta, @dirraaaa dalam twitnya.

"Mungkin karena gue jarang bangun pagi, baru ngeh kalau Jakarta masih berkabut di jam 7:30," tulis akun Wisnu Kumoro, @WisnuKumoro dalam twitnya.

Baca juga: Apa Saja Bahaya Kabut Asap bagi Kesehatan Kita?

Penjelasan BMKG

Menanggapi hal itu, Kepala Subbidang Informasi Pencemaran Udara dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Suradi menjelaskan, kabut yang muncul di Jakarta hari ini bukan disebabkan karena polusi udara.

"Kabut pagi ini bukan kabut karena polusi, tetapi kabut lapisan inversi udara yang mengandung akumulasi partikel polutan lebih tinggi," ujar Suradi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/11/2020).

Menurut Suradi, kabut udara memiliki sifat basah karena didominasi dengan uap air, sedangkan kabut polusi bersifat kering seperti asap.

"Tetapi memang konsentrasi polusi udara sedang tinggi hari ini, karena dampak adanya lapisan inversi yang lebih tebal tadi," lanjut dia.

Analisis konsentrasi PM10

Selain itu, Suradi mengungkapkan analisis PM10 Kemayoran pada tanggal 2-5 November 2020 berada dalam kategori "Baik" hingga "Sedang". 

PM atau Particulate Matter adalah partikel padat atau cair yang ditemukan di udara

"Untuk konsentrasi PM10 dengan kategori 'Baik' berasal dari massa udara yang berhembus dari arah Utara, Tenggara, Barat Daya, dan Barat Laut," ujar Suradi.

"Untuk konsentrasi PM10 dengan kategori 'Sedang' berasal dari arah tenggara, Barat Daya hingga Barat Laut," lanjut dia.

Baca juga: Aplikasi Nafas Ukur Kualitas Udara Jabodetabek Real-Time

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa berdasarkan data sepekan terakhir, rata-rata kondisi harian PM10 di jakarta dalam kondisi "Sedang" dengan tren yang semakin tinggi pada tanggal 5-6 November 2020.

Suradi menyebut, grafik dari pengamatan PM10 di BMKG Pusat update puncak kabut pada pukul 06.00 pagi dengan konsentrasi 218 mikrogram per meter kubik. 

Pengamatan dari BMKG berbeda dengan situs IQAir atau yang menyebutkan kualitas udara Jakartad alam duahari terakhir disebut kurang sehat. 

Kualitas udara jakarta menurut situs IQ Airscreenshoot Kualitas udara jakarta menurut situs IQ Air

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com