Temuan pertama keberadaan air di bulan berasal dari teleskop infra merah yang dikenal sebagai Sofia.
Observatorium ini, yang berada di pesawat Boeing 747 yang dimodifikasi, terbang di atas sebagian besar atmosfer Bumi, memberikan pemandangan Tata Surya yang sebagian besar tidak terhalang.
Ia mampu mengamati panjang gelombang inframerah yang mampu mendeteksi fenomena yang tidak mungkin dilihat dengan cahaya tampak.
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Berjemur di Bawah Sinar Matahari
Pada 2018, sekelompok peneliti terpisah menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa air di bulan mungkin lebih mudah diakses daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Seorang ilmuwan planetologi dari Open University di Milton Keynes, Hannah Sargeant mengatakan, temuan ini bisa memperluas daftar lokasi dibangunnya pangkalan di Bulan.
Melansir BBC, Selasa (27/10/2020), akan ada beberapa misi ke daerah kutub Bulan dalam beberapa tahun mendatang.
Baca juga: Viral Percobaan Menggoreng Telur di Bawah Sinar Matahari, Ini Penjelasan Ahli LIPI