Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beredar Informasi Tes Covid-19 dengan Tahan Napas, Apa Kata Dokter?

Kompas.com - 22/09/2020, 14:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah pandemi virus corona yang terus bergulir dan belum ditemukannya vaksin sebagai penangkalnya, beragam informasi banyak beredar di masyarakat.

Mulai dari obat herbal yang disebut bisa menyembuhkan, ramuan yang bisa menangkal infeksi, hingga metode tes cepat yang bisa dilakukan secara mandiri untuk tahu apakah terinfeksi Covid-19 atau tidak.

Salah satunya yang beredar luas melalui aplikasi perpesanan WhatsApp, pekan lalu.

Sebuah video menunjukkan adanya garis membentuk persegi, yang di sana terdapat titik A dan B di sudut kanan dan kiri atas.

Di garis tersebut juga ada sebuah bulatan atau titik berwarna merah yang akan berjalan dari arah bawah menuju titik A kemudian B, dengan kecepatan yang melambat.

Baca juga: [HOAKS] Video Teknik Tahan Napas untuk Deteksi Covid-19

Tangkapan layar soal tes cepat Covid-19 yang tersebar melalui grup pecakapan WhatsAppWhatsApp Tangkapan layar soal tes cepat Covid-19 yang tersebar melalui grup pecakapan WhatsApp

Dalam pesan yang disampaikan, disebutkan metode ini dapat menunjukkan apakah seseorang terinfeksi virus corona atau tidak.

Caranya sangat sederhana, hanya dengan menahan napas ketika bulatan merah sudah ada di titik A hingga bulatan itu mencapai titik B.

"Jika anda dapat menahan nafas hingga titik merah berpindah dari A ke B anda saat ini bebas COVID-19. Tes sederhana vers uji coba gratis membantu menyelamatkan hidup. Tunggu titik merah berpindah ke A sebelum memulai nafas," bunyi pesan yang beredar melengkapi video metode tes Covid-19 tersebut.

Apa kata dokter?

Menanggapi munculnya informasi ini, dokter spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta, dr. Elsina Syahruddin, mengaku tidak memahami apa sebenarnya tujuan dari tes yang tergambar dalam video.

Apakah untuk mengetahui fungsi paru atau mendeteksi keberadaan infeksi virus corona.

"Kalau untuk mengetahui fungsi paru maka uji fungsi paru paling sederhana dengan menggunakan spirometri yang dapat melihat adakah gangguan restriksi (pengembangan paru) atau obstruksi (gangguan aliran udara di saluran napas)," jelas Elsina saat dihubungi Kompas.com.

Namun, uji paru ini tidak direkomendasikan di masa pandemi sekarang, karena memiliki risiko penularan virus melalui aerosol.

Baca juga: Kasus Terus Naik, Sudah Optimalkah Usaha Indonesia Kendalikan Virus Corona?

Uji menggunakan spirometri itu pun disebut Elsina tidak memiliki hubungan sama sekali dengan deteksi Covid-19.

"Screening awal untuk Covid-19 belum berubah dari ada tidaknya kontak erat, gejala, foto toraks, beberapa hasil lab dan swab," jelas dia.

Sementara, pemeriksanaan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hypoxia (penurunan kadar oksigen dalam darah) yang dianjurkan adalah menggunakan pulse oxymetry.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com