KOMPAS.com - Ketika sejumlah negara tengah mempersiapkan untuk terjadinya gelombang kedua pandemi virus corona baru penyebab Covid-19, Indonesia justru masih berjibaku dalam merespons gelombang pertama.
Epidemiolog dari Griffith University, Australia Dicky Budiman mengatakan, penyebab Indonesia masih terjebak dalam gelombang pertama alias Endless First Wave adalah karena respons penanganan pandemi yang masih belum optimal.
Dicky menyebutkan, ada lima hal yang bisa menjadi indikator apakah Indonesia, secara nasional dan juga provinsi, sudah merespons secara optimal pandemi Covid-19, yaitu:
"Dari lima ini, terlihat kita masih belum dalam kategori yang merespon baik," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/9/2020).
Baca juga: Melihat Puncak Pandemi Covid-19 Indonesia bak Menyusuri Lorong Gelap...
"Dua-duanya ini kan kita lihat masih tinggi. Artinya, tentu ini belum menunjukkan kalau kurva sudah melandai," kata Dicky.
Diberitakan Kompas.com, Senin (21/9/2020) Indonesia kembali mencatat angka tertinggi baru dalam penambahan kasus harian Covid-19.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Senin (21/9/2020), terdapat penambahan pasien positif Covid-19 sebanyak 4.176 orang dalam 24 jam terakhir.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak kasus perdana Covid-19 diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret lalu.
Sebelumnya, berdasarkan catatan Kompas.com, angka tertinggi yang pernah dicatat yaitu 4.168 orang pada 19 September 2020, dua hari sebelumnya.
Padahal, 16 September 2020 lalu, Indonesia juga sempat mencatat angka tertinggi yakni sebesar 3.963 orang.
Berdasarkan data covid19.go.id, hingga Senin (21/9/2020), total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia ada sebanyak 248.852 dengan 58.378 merupakan kasus aktif.
Sementara itu, 180.797 orang dinyatakan sembuh sedangkan 9.677 orang meninggal dunia akibat Covid-19.
Baca juga: UPDATE 21 September: 108.880 Orang Suspek Covid-19 di Indonesia
"Bisa juga dibandingkan dengan negara lain di wilayah sekitar, misalnya di ASEAN. Terlihat, kita juga termasuk dalam kelompok yang trennya meningkat," ujar dia.