Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Kompas.com - 26/04/2024, 18:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang remaja perempuan di China bernama Xiaoyu (18) didiagnosis menderita “love brain” karena menelepon pacarnya lebih dari 100 kali sehari.

Dikutip dari SCMP, Sabtu (20/4/2024), kondisi itu membuat remaja dari Provinsi Sichuan, mengalami kesehatan mental yang buruk dan membuat hidup pasangannya sengsara.

Dokter Rumah Sakit Rakyat Keempat di Chengdu, Du Na mengungkapkan, perilaku itu dimulai ketika Xiaoyu menjalin hubungan dengan pacarnya di universitas.

Baca juga: Hubungan antara Rasa Cemas Berlebihan dan Asam Lambung Naik

Terobsesi dengan pacarnya

Namun pacarnya yang tidak disebutkan identitasnya itu merasa tidak nyaman dan terkekang akibat Xiaoyu.

Sebab Xiaoyu terobsesi dengan pacaranya dan sangat bergantung serta membutuhkannya sepanjang waktu.

Selain meminta pacarnya untuk terus-menerus memberitahukan keberadaannya, Xiaoyu juga ingin dia membalas pesannya sepanjang waktu, siang dan malam.

“Dia diharapkan segera membalas pesannya,” ujar Du.

Tak sampai di situ, Xiaoyu berulang kali mengirim pesan kepada pacarnya untuk mengaktifkan kamera WeChat miliknya.

Suatu hari, Xiaoyu menelepon pacarnya lebih dari 100 kali. Namun panggilan itu tidak diangkat oleh pacarnya.

Xiaoyu pun menjadi sangat kesal dan marah sehingga dia melemparkan barang-barang rumah tangga dan menghancurkannya di sekitar rumah.

Setelah itu, pacarnya pun segera menelepon polisi untuk mengatasi perilaku Xiaoyu. Namun ketika polisi datang ke rumah Xiaoyu, dia mengancam akan melompat dari balkon.

Baca juga: Kisah Tragis Pengantin Baru di India, Tewas Setelah Menerima Kado Bom dari Mantan Pacar

Didiagnosis love brain

Xiaoyu pun dibawa ke rumah sakit, di mana dia didiagnosis menderita gangguan kepribadian yang disebut sebagailove brain, dilansir dari TimesofIndia, Rabu (24/4/2024).

Love brain merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk mendefinisikan perilaku kompulsif dalam hubungan asmara, meski bukan istilah medis.

Du mengatakan, kondisi tersebut dapat terjadi secara bersamaan dengan penyakit mental lainnya seperti kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar.

Meski begitu, Du tidak mengungkapkan penyebab love brain yang dialami Xiaoyu tersebut.

Menurutnya, penyakit itu sering terjadi pada orang yang tidak memiliki hubungan sehat dengan orang tuanya semasa kecil.

Orang-orang dengan kondisi ringan dapat pulih dengan sendirinya dengan belajar mengelola emosi.

Namun, penderita love brain dengan gejala ekstrem memerlukan pengobatan secara medis dengan terapi dari profesional.

Baca juga: Ibu Sedih Setelah Melahirkan? Kenali Apa Itu Sindrom Baby Blues

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com