Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Aroganisme di Masyarakat Kota

Kompas.com - 26/04/2024, 09:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KASUS-kasus yang menampilkan perilaku arogan di ruang publik dan kemudian viral, sering kali akhirnya menjadi sorotan dalam media massa, memunculkan pertanyaan yang mendalam mengenai akar penyebab serta implikasinya.

Ketika semakin banyak orang menggunakan instrumen tersebut sebagai upaya untuk melakukan tindakan sosial, menghemoni orang, mendominasi dan menekan, hanya karena kebutuhan untuk “lari” dari kesalahan yang diperbuatnya, memunculkan frasa baru yang mungkin bisa kita pakai: “Aroganisme”.

Tentu, aroganisme adalah gabungan istilah “arogan” dan “isme”. Meski belum baku, namun karena pelakunya makin banyak dan pengakuan sosiologisnya juga makin kentara, maka aroganisme bisa kita pergunakan untuk menggambarkan fenomena ini.

Aroganisme, sebagai bentuk perilaku sosial, merupakan tindakan yang menonjolkan superioritas seseorang terhadap orang lain yang ditunjukkannya.

Namun, untuk memahami fenomena ini secara holistik, diperlukan pengkajian lebih dalam terkait latar belakang serta dampaknya dalam dinamika sosial masyarakat.

Perilaku arogan tidak muncul begitu saja, melainkan sering kali dipicu situasi tertentu yang merusak relasi sosial atau melanggar norma dan hukum yang berlaku.

Hal ini dapat merugikan pihak lain, yang kemudian memicu respons dominatif sebagai upaya untuk menutupi kesalahan atau merasa di atas angin.

Pelaku arogan sering kali sadar akan kesalahannya, tetapi enggan mengakui atau memperbaikinya, lebih memilih menggunakan dominasi sebagai kunci pelariannya.

Penyebab lain dari aroganisme adalah ketidakadilan sosial. Di mana simbol-simbol kekuasaan atau status tertentu dapat memicu perilaku arogan.

Sebagai contoh orang-orang yang memiliki kelebihan kekuatan atau jabatan cenderung menggunakan aroganisme sebagai alat untuk memvisualisasikan dominasi mereka, terutama terhadap individu yang dianggap memiliki power lebih rendah.

Namun, lebih dari sekadar aksi individu, fenomena aroganisme dapat menjadi contoh dan teladan bagi yang lain.

Ketika perilaku arogan sering terjadi dan tidak direspons secara tegas oleh hukum atau norma sosial, hal ini dapat menciptakan pengikut dan akhirnya memunculkan budaya aroganisme yang meluas.

Hal ini sangat berbahaya karena aroganisme bukan hanya mengancam nilai-nilai keadaban, tetapi juga bisa mematahkan keberlanjutan peradaban itu sendiri.

Untuk menanggulangi fenomena ini, langkah-langkah konkret perlu diambil semua pihak.

Pertama, pemimpin yang memiliki mandat publik harus memperlihatkan teladan yang baik dalam tindakan mereka, menghindari penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com