“Bahkan vaksin yang tidak sempurna, jika digunakan secara luas, dapat memperlambat segalanya untuk membatasi infeksi dan mengulur waktu untuk mengembangkan obat atau vaksin yang lebih baik,” kata Morens.
Masalah lain yang tengah menjadi kehawatiran ahli adalah orang-orang yang nantinya enggan divaksinasi.
“Tantangan terbesar adalah mendapatkan banyak orang yang divaksinasi untuk memicu kekebalan. Di beberapa negara mungkin tidak akan menjadi masalah dan di negara lain itu akan menjadi masalah besar,” kata Joanna Kirman, seorang profesor di Departemen Mikrobiologi dan Imunologi di Universitas Otago di Selandia Baru.
Sebuah jejak pendapat yang dilakukan oleh Asosiasi Press-Pusat Penelitian Urusan Masyarakat (NORC) menemukan hanya sekitar setengah warga Amerika Serikat siap untuk divaksinasi.
Keraguan orang-orang terhadap vaksin membuat mereka memilih tidak vaksin.
Padahal, ambang batas kekebalan kelompok agar penyebaran penyakit melambat diperlukan lebih dari 60 hingga 70 persen dari jumlah anggota kelompok.
Bahkan, menurut mereka, perlu jumlah yang lebih tinggi.
“Kami akan membutuhkan lebih dari 80 persen cakupan, mungkin 95 persen jika negara-negara pada saat itu tidak dapat menurunkan jumlahnya,” kata profesor dari Universitas New South Wales, Mary-Louise McLaws.
Jika jumlah tidak cukup, maka risikonya penyebaran penyakit akan berlajut.
“Jika imunisasi tidak tersebar luas atau berbeda antar negara, di masa mendatang bentuk virus yang bermutasi sebenarnya dapat menimbulkan tantangan jika strain berbeda yang mampu lolos dari kendali vaksin muncul,” kata Damian Purcell, Kepala Laboratorium Virologi Molekuler di Peter Doherty Institute Universitas Melbourne.
Baca juga: Pakar Peringatkan Kemungkinan Vaksin Covid-19 Tidak Bisa 100 Persen Efektif
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.