Ada sesuatu yang hilang, ketika sistem pembelajaran dilakukan secara daring, saat guru dan muridnya tidak bisa lagi bertatap muka dan berinteraksi di satu ruang yang sama.
Bagi Ifan, sesuatu yang hilang itu adalah ikatan emosional antara ia dan siswa-siswanya yang tidak akan mungkin tergantikan oleh komunikasi secara virtual.
"Seorang guru itu harus ada. Guru itu tidak bisa digantikan oleh platform-platform pendidikan seperti Ruangguru, Rumah Belajar, atau apa pun itu," kata Ifan.
Menurutnya, karena siswa tidak lagi hadir di kelas, ia jadi kesulitan memantau perkembangan anak didiknya.
Baca juga: Viral Video Siswa Berdiri Saat Upacara Online, Ini Penjelasan Sekolah
Ifan juga menyebut bahwa pembelajaran daring sebenarnya tidak ideal, terutama bagi siswa yang masih duduk di bangku kelas I SD.
"Kelas satu itu belum bisa apa-apa, belum bisa nulis, (nulis) namanya sendiri saja belum bisa. Orangtua juga kesulitan, karena mereka bekerja. Akhirnya anak main sendiri," kata Ifan.
Untuk siswa di tingkat yang lebih atas, karena pembelajaran daring tidak memungkinkan, maka siswa hanya diberikan tugas yang nantinya diambil oleh orang tua di sekolah.
"Kalau tugas-tugas saja, itu namanya bukan pembelajaran. Kami bingung juga ini sebagai guru di daerah terpencil. Kalau Jakarta kan enak, mau Zoom mau apa bisa, lha kami? di sini HP Android saja belum punya," kata Ifan.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Motor Terbakar Disebut akibat Taruh Ponsel di Jok Motor
Sementara itu, meski ia sudah mempelajari penggunaan aplikasi seperti Zoom, Google Meet, atau Google Classroom, untuk saat ini pembelajaran melalui aplikasi-aplikasi tersebut menurut Ifan tidak akan mungkin bisa dilaksanakan di daerah tempatnya mengajar.
"Indonesia itu tidak hanya Jakarta, ini pulau Jawa tapi kondisinya seperti ini. Apalagi di Papua, Nusa Tenggara? Teman-teman saya di Kupang, Maluku, bagaimana itu? Apakah bisa pembelajaran seperti ini, lewat Microsoft 365, atau Zoom?," kata Ifan.
Rindu kebersamaan dengan muridnya
Meski terkadang dianggap galak, namun Ifan bercerita bahwa ia sering bercanda dan bermain bersama siswa-siswanya. Hal inilah yang mulai ia rindukan.
"Kalau ada yang ulang tahun, kami buat semacam pesta kecil-kecilan. Kemudian, misal ada perayaan Hari Pie, kami buat acara makan kue bulat itu di sekolah," kata Ifan.
Kerinduan itu tidak hanya ia rasakan seorang. Ifan menuturkan bahwa siswa-siswanya juga mengalami perasaan yang sama.
Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...