"Kita ingat saat Mendikbud menyatakan kekagetannya bahwa di daerah ada siswa yang tidak ada akses internet untuk pembelajaran. Pernyataan seperti ini kan menunjukkan bahwa menteri tidak menguasai pemetaan masalah," kata Fajar.
Ada pula kebijakan Kartu Prakerja yang memantik kontroversi.
Menurut Fajar, seharusnya Menteri Tenaga Kerja yang bersuara mengingat banyak pekerja yang terancam kehidupannya.
"Tapi, kita tidak melihat dengan jelas bagaimana kebijakan menterinya," kata Fajar.
Fajar mengatakan, ada pula menteri yang dinilainya tak baik dalam mengelola komunikasi publik.
Hal ini menyebabkan para menteri tak satu suara dan terkesan terburu-buru ketika membuat kebijakan.
Baca juga: Pengamat: Itu Strategi Komunikasi agar Menteri Jokowi Tak Bisa Tidur...
Dalam pernyataannya, Jokowi menyebutkan, tak segan mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) untuk mempermudah para pembantuny merealisasikan program di masa krisis akibat pandemi Covid-19.
Bahkan, Jokowi rela mempertaruhkan reputasi politiknya jika harus mengeluarkan perppu lagi pada masa pandemi.
Menurut Fajar pernyataan Jokowi ini menandakan bahwa kebijakan para menteri di periode kedua masa pemerintahannya justru mengancam popularitasnya, walaupun ini adalah periode terakhirnya.
"Jokowi terlihat ingin meninggalkan citra yang baik. Selama ini Jokowi dikenal karena pencitraan yang sukses oleh tim suksesnya selama masa kampanye dan periode pertama kepemimpinannya. Public relations-nya berhasil," jelas Fajar.
Di awal pembentukan kabinet, Jokowi menyatakan bahwa tidak ada visi menteri, yang ada adalah visi presiden.
Hal ini bisa dimaknai bahwa para menteri diharapkan bisa menerjemahkan dan mengimplementasikan visinya.
Oleh karena itu, menurut Fajar, kemarahan Jokowi bisa juga dimaknai bahwa para menteri gagal untuk memenuhi ekspetasinya.
"Betul, ada kegagalan dari para menteri untuk menerjemahkan dan mengimplentasikan visi Presiden," kata Fajar.
Baca juga: Jokowi Minta Gugus Tugas Prioritaskan 57 Daerah Zona Merah, Ini Daftarnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.