3. Bahasa Melayu
Pada 1922, Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang disajikan dalam bahasa Melayu oleh Empat Saudara dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran.
Buku tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Salah seorang pelopor Pujangga Baru, Armijn Pane, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Pada 1938, buku diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dari buku terjemahan.
Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.
"Habis Gelap Terbitlah Terang", Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya.
Baca juga: Maknai Hari Kartini, Annisa Zhafarina Qosasi Ingin Wanita Bersinar di Sepak Bola
4. Terbagi dalam lima bab pembahasan
Armijn Pane juga membagi kumpulan surat-surat ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian dilakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi.
Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini, yaitu hanya terdapat 87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Penyebab tidak dimuatnya seluruh surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht karena terdapat kemiripan pada beberapa surat.
Alasan lainnya, yakni menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan.
Baca juga: Hari Kartini, Yuk Mengenal Para Perempuan Indonesia yang Jadi Bos Bank
5. Sulastin Sutrisno
Selain diterjemahkan Armijn Pane, buku kumpulan surat R.A. Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno.
Pada mulanya Sulastin menerjemahkan "Door Duisternis Tot Licht" di Universitas Leiden, Belanda saat dia melanjutkan studi di bidang sastra tahun 1972.
Pada 1979, sebuah buku berisi terjemahan Sulastin Sutrisno versi lengkap "Door Duisternis Tot Licht" pun terbit dengan judul "Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya".