Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Efek Samping Mangga, Berapa Porsi Tepat untuk Tubuh?

KOMPAS.com - Mangga atau Mangifera indica tidak hanya memiliki cita rasa menyegarkan, tetapi juga memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan.

Buah dengan biji besar di dalamnya ini tergolong bahan pangan rendah kalori, sehingga tepat dikonsumsi seseorang yang tengah menjalankan diet.

Dilansir dari Healthline, 165 gram mangga segar menyediakan 99 kalori, 1,4 gram protein, 24,7 gram karbohidrat, 22,5 gram gula, dan 0,6 gram lemak.

Buah ini memenuhi 67 persen asupan vitamin C harian, yang membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh, menyerap zat besi, serta meningkatkan pertumbuhan sel.

Mangga juga kaya akan mineral tembaga dan folat, nutrisi penting yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin selama masa kehamilan.

Bukan hanya itu, penelitian juga menemukan, polifenol dalam mangga dapat bertindak sebagai antioksidan dan membantu menurunkan risiko kanker.

Lantas, apa saja efek samping mangga?

Efek samping mangga

Meski kaya akan nutrisi, mengonsumsi mangga dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi tubuh.

Bahkan, tidak semua orang dapat menikmati buah yang banyak tumbuh dan menjadi asupan masyarakat Indonesia ini.

Beberapa orang yang sensitif terhadap bahan sintetis tertentu, seperti orang dengan alergi lateks, kemungkinan akan merasakan efek samping jika mengonsumsi mangga.

Berikut sejumlah efek samping mangga:

1. Alergi

Alergi lateks adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terkandung dalam lateks karet alam, produk yang dibuat dari cairan pohon karet.

Beberapa produk lateks dapat memicu alergi ini, seperti sarung tangan medis, alat kontrasepsi, dan pakaian.

Dikutip dari Medical News Today, pemilik alergi lateks mungkin mengalami reaksi yang sama saat makan mangga.

Hal ini disebabkan sindrom alergi oral, yaitu saat seseorang memiliki reaksi serupa terhadap pemicu alergi berbeda karena tubuh mengenalinya sebagai sesuatu yang sama.

Orang dengan alergi ini umumnya mengalami beberapa gejala berupa sensasi kesemutan, terbakar, atau sensasi keduanya di bagian bibir, lidah, maupun tenggorokan.

Penderita juga biasanya akan mengalami bengkak dalam beberapa menit setelah mengonsumsi mangga.

Meski terdengar sepele, alergi terhadap mangga juga dapat memicu anafilaksis, reaksi alergi berat yang berpotensi mengancam nyawa.

Dilansir dari Cleveland Clinic, mangga merupakan sumber yang baik dari kedua jenis serat, baik serat larut maupun tidak larut.

Serat adalah karbohidrat dalam makanan nabati yang tidak dapat dicerna. Serat tidak larut tak akan terurai di saluran pencernaan, sehingga menambah jumlah feses. Alhasil, feses menjadi lebih lunak dan mudah dikeluarkan.

Namun, terlalu banyak karbohidrat yang masuk ke tubuh dapat memicu terjadinya gejala sindrom iritasi usus besar alias irritable bowel syndrome (IBS).

Menurut Kementerian Kesehatan, IBS merupakan gangguan pada usus besar dengan beberapa gejala umum, seperti sakit perut, kram perut, kembung, diare, ataupun sembelit.

Penderita IBS yang diare juga dianjurkan menjauhi makanan yang mengandung laktosa dan mengurangi asupan serat.

Orang dengan masalah kesehatan ini pun perlu menghindari makanan dengan kandungan FODMAP, atau makanan sumber karbohidrat berantai pendek, yakni olisakarida, disakarida, dan monosakarida.

Di sisi lain, mangga sendiri tergolong monosakarida, makanan dengan sumber karbohidrat utama berupa fruktosa.

Oleh karena itu, mengonsumsi buah ini berpotensi memperburuk gejala sindrom iritasi usus besar atau masalah pencernaan.

3. Potensi gula darah naik

Salah satu efek samping mangga yang patut diwaspadai selanjutnya, yakni berpotensi membuat kadar gula darah naik.

Dilansir dari Healthline, lebih dari 90 persen kalori dalam mangga berasal dari gula. Inilah mengapa buah ini dapat berkontribusi terhadap peningkatan gula darah pada penderita diabetes.

Namun, buah ini juga mengandung serat dan berbagai antioksidan, berperan penting dalam meminimalkan dampak gula darah secara keseluruhan.

Serat akan memperlambat laju tubuh menyerap gula ke dalam aliran darah. Sementara kandungan antioksidan, membantu mengurangi respons stres terkait kenaikan kadar gula darah.

Dua hal tersebut memudahkan tubuh untuk mengatur masuknya karbohidrat dan menstabilkan kadar gula darah.

Selain itu, mangga memiliki indeks glikemik (GI) sebesar 51. GI adalah indikator seberapa cepat makanan berkarbohidrat memengaruhi kenaikan gula darah dalam tubuh.

Bahan pangan dengan skor di bawah 55 dianggap rendah GI, sehingga menjadi pilihan yang relatif baik bagi penderita diabetes.

Kendati demikian, perlu diingat, respons fisiologis orang terhadap makanan berbeda-beda.

Oleh karenanya, meski mangga dapat dianggap sebagai pilihan karbohidrat yang sehat, penting untuk mengevaluasi bagaimana tubuh meresponsnya.

Cara terbaik untuk meminimalkan efek samping mangga, terutama untuk penderita gula darah adalah dengan menghindari mengonsumsinya terlalu banyak.

Karbohidrat dari bahan pangan apa pun, termasuk mangga, dapat meningkatkan kadar gula darah.

Namun, buah ini juga sangat sayang untuk dilewatkan, lantaran rasa yang enak dan manfaat menakjubkan.

Satu porsi karbohidrat dari makanan apa pun diukur sekitar 15 gram. Artinya, makanan yang mengandung 15 gram karbohidrat disebut sebagai "satu porsi karbohidrat".

Sementara itu, 82,5 gram irisan buah mangga menyediakan 12,5 gram karbohidrat, hampir satu porsi karbohidrat.

Oleh karena itu, bagi penderita diabetes, mulailah mengonsumsi 82,5 gram atau sekitar setengah cangkir mangga untuk melihat efeknya terhadap tubuh terutama gula darah.

Dari sana, masing-masing individu dapat mengukur dan menyesuaikan porsi maupun frekuensi makan mangga hingga menemukan jumlah yang paling sesuai.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/06/073000665/3-efek-samping-mangga-berapa-porsi-tepat-untuk-tubuh-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke