Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Kurang Tidur Bisa Tingkatkan Risiko Kematian, Begini Penjelasan Dokter

Unggahan itu dibuat oleh dokter spesialis jantung RSUP dr Soeradji Tirtonegoro, Furqon Satria Adi Pradana lewat akun Twitternya @fsapradana, Senin (10/4/2023).

Hingga Selasa (11/4/2023) siang, unggahan tersebut telah ditonton 169.000 kali, disukai 2.272 akun Twitter, dan dibagikan ulang 804 kali.

Lalu, bagaimana bisa kurang tidur berisiko menyebabkan kematian?

Penjelasan dokter

Saat dihubungi Kompas.com, dokter Furqon menjelaskan bahwa kurang tidur berkaitan dengan risiko kematian akibat penyakit jantung dan all cause mortality.

"All cause mortality itu istilah epidemiologi, yaitu kematian dari semua penyebab dalam jangka waktu tertentu," ujarnya.

All cause mortality atau semua penyebab kematian merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kematian seseorang akibat dari banyak hal, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, dan penyakit pernapasan.

Artinya, orang yang kurang tidur berisiko meninggal dunia akibat terkena semua gangguan kesehatan.

Furqon menjelaskan, seseorang seharusnya tidur cukup selama enam sampai delapan jam setiap hari.

"Dalam dunia ideal, kita sebaiknya tidur cukup enam sampai delapan jam dengan olahraga minimal 150 menit dalam seminggu," lanjutnya.

Orang yang tidur kurang dari enam sampai delapan jam, menurut Furqon, akan berisiko mengalami hiperaktivasi saraf simpatik, peningkatan resistensi insulin, disfungsi endotel, peradangan sistemik, dan obesitas sentral.

Hiperaktivasi saraf simpatik

Ketika seseorang kurang tidur, sistem saraf simpatik atau sympathetic nervous system (SNS) seseorang akan terstimulasi menjadi sangat aktif.

Menurut Custom Medicine, gejala sistem saraf simpatik yang terlalu aktif, antara lain berupa kecemasan, serangan panik, gugup, sesak napas, jantung berdebar, gelisah, ketakutan, serta tekanan darah dan kolesterol yang naik tinggi.

Peningkatan resistensi insulin

Orang yang kurang tidur berpotensi mengalami peningkatan gangguan resistensi insulin.

Dilansir dari My Cleveland Clinic, resistensi insulin terjadi ketika sel-sel di otot , lemak, dan hati tidak merespons hormon insulin. Padahal, pankreas tetap menghasilkan insulin yang tetap.

Resistensi insulin menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang seiring waktu menyebabkan pradiabetes dan diabetes tipe 2.

Disfungsi endotelium

Dilansir dari Very Well Health, disfungsi endotel merupakan kondisi penyempitan pembuluh darah karena lapisan di dalamnya yang bernama endotelium tidak menghasilkan cukup gas yang membuat pembuluh darah tetap terbuka.

Endotel merupakan sel yang melapisi permukaan bagian dalam pembuluh darah. Sel ini berfungsi untuk menyaring darah, membantu proses relaksasi atau kontraksi pembuluh darah, mencegah perdarahan, serta mengendalikan tekanan darah.

Penyempitan pembuluh menyebabkan muncul plak di pembuluh darah sehingga menimbulkan nyeri di dada. Kondisi ini dapat mengakibatkan masalah serius, termasuk serangan jantung dan stroke.

Peradangan sistemik

Peradangan sistemik atau Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) merupakan respons pertahanan tubuh yang berlebihan terhadap pemicu radang.

Menurut NCBI NIH, hal-hal seperti infeksi, trauma, pasien pembedahan, penderita radang akut, dan stroke iskemia merupakan beberapa penyebab munculnya SIRS.

Obesitas sentral

Dilansir dari Kompas.com, obesitas sentral merupakan kondisi medis untuk menunjukkan perut buncit yang berlebihan.

Pria dikatakan memiliki obesitas sentral jika lingkar perutnya di atas 90 centimeter sementara wanita di atas 80 centimeter.

Obesitas sentral perlu diwaspadai karena lemak yang menumpuk di perut dapat memengaruhi organ vital, seperti hati, pankreas, dan jantung. 

"Olahraga yang cukup bisa me-reverse hal-hal yang saya sebutkan tadi, sehingga risiko all cause mortality berkurang pada yang kurang tidur," jelasnya.

Menurut Furqon, orang yang berolahraga dalam waktu 150 menit seminggu tidak akan berisiko mengalami peningkatan angka kematian meski ia kurang tidur.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa tidur cukup enam sampai delapan jam itu hanya berlaku bagi tidur malam.

Sementara tidur siang yang baik maksimal hanya 60 menit dan tidak dapat menggantikan tidur malam.

"Lebih dari itu, pola tidur tidak baik yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan all cause mortality," tambahnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/11/170000565/ramai-soal-kurang-tidur-bisa-tingkatkan-risiko-kematian-begini-penjelasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke