Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Indische Vereeniging Berubah menjadi Perhimpunan Indonesia?

Kompas.com - 23/12/2023, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Indische Vereeniging adalah perkumpulan pelajar Indonesia di Belanda pada awal abad ke-20.

Dalam sejarahnya, Indische Vereeniging ini telah mengalami beberapa kali pergantian nama.

Pada 1922, organisasi ini berubah nama dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging.

Setelah itu, pada 1925, Indische Vereeniging kembali berubah menjadi Perhimpunan Indonesia.

Lantas, apa penyebab pergantian nama Indische Vereeniging menjadi Perhimpunan Indonesia?

Baca juga: Awal Mula dan Cita-Cita Berdirinya Indische Partij

Lebih fokus pada kegiatan politik

Alasan Indische Vereeniging berubah menjadi Perhimpunan Indonesia adalah karena organisasi ini lebih aktif dalam bidang perpolitikan.

Sebab, sebelumnya, organisasi ini bersifat sosial, di mana para mahasiswa Indonesia dapat mengisi waktu luang mereka dengan berbincang dan berbagi informasi dari Tanah Air.

Seusai Perang Dunia I, perkumpulan ini mulai berkembang ke ranah politik.

Tepatnya, setelah Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson menyampaikan gagasannya mengenai hak menentukan nasib sendiri bagi bangsa yang terjajah dalam sidang Liga Bangsa-Bangsa (LBB).

Gagasan itu membuat Indische Vereeniging sadar akan hak orang Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri dan terbebas dari penjajahan Belanda.

Baca juga: Apa Latar Belakang Dibentuknya Liga Bangsa-Bangsa?

Perkembangan organisasi ini pun semakin pesat setelah datangnya tokoh tiga serangkai pendiri Indische Partij, yaitu Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat.

Setelah itu, datang juga para pemuda yang pernah memimpin pergerakan di Indonesia, yaitu Mohammad Hatta, Sutomo, Ali Sastroamidjojo, Budiarto, Iskaq, dan Iwa Kusumasumantri.

Sejak saat itu, Indische Vereeniging menjadi bersifat politik dan mengalami perubahan asas organisasi.

Hal inilah yang kemudian mendorong terjadinya pergantian nama menjadi Perhimpunan Indonesia.

Ada tiga sikap yang dijunjung oleh Perhimpunan Indonesia, yaitu:

  • Persatuan nasional harus diperkokoh dan dihindarkan dari perpecahan
  • Kemerdekaan harus diusahakan oleh orang Indonesia sendiri
  • Harus diusahakan terbentuknya pemerintahan oleh bangsa Indonesia sendiri

Baca juga: Manifesto Politik 1925

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Stori
6 Peninggalan Kerajaan Ternate

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

Stori
Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Stori
Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Stori
Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Stori
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Stori
4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

Stori
Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Stori
Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com