KOMPAS.com - Sejarah lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI) dimulai sejak era perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan.
Sebelum menjadi TNI, angkatan bersenjata Indonesia kerap berganti nama dan mengalami perubahan struktur organisasi.
Sejarah TNI bermula dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), sesaat setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Pada 5 Oktober 1945, BKR berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan selanjutnya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.
Untuk menyempurnakan organisasi tentara Indonesia menurut standar militer internasional, maka pada 26 Januari 1946 pemerintah mengubah TKR menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Satu setengah tahun kemudian, terjadi pergantian nama dari TRI menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Berikut ini latar belakang perubahan TRI menjadi TNI.
Baca juga: Sejarah Lahirnya TNI
Berdasarkan Penetapan Pemerintah No. 2 tanggal 7 Januari 1946, nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.
Perubahan nama dari "keamanan" menjadi "keselamatan," bertujuan untuk memperluas fungsi ketentaraan dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keamanan rakyat Indonesia.
Penggunaan nama ini tidak berlangsung lama, karena pada 26 Januari 1946, pemerintah mengubah TKR menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Perubahan ini bertujuan untuk menyempurnakan organisasi tentara Indonesia menurut standar militer internasional.
Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah membentuk Panitia Besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara.
Pada 17 Mei 1946, panitia mengumumkan hasil kerjanya, berupa rancangan dan bentuk Kementerian Pertahanan dan Ketentaraan, kekuatan dan organisasi, peralihan dari TKR ke TRI dan kedudukan laskar-laskar dan barisan-barisan serta badan perjuangan rakyat.
Pada masa itu, banyak rakyat Indonesia yang membentuk laskar-laskar perjuangan atau badan perjuangan rakyat.
Baca juga: Latar Belakang Pembentukan TKR
Usaha pemerintah Indonesia untuk menyempurnakan tentara nasional sambil terus bertempur dan berjuang untuk menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa, ternyata terhambat pula dengan banyaknya laskar-laskar dan badan perjuangan rakyat.