Hamas merupakan singkatan dari Harakat al-Muqawama al-Islamiya (Gerakan Perlawanan Islam).
Kelompok ini didirikan oleh Sheikh Ahmed Yassin, seorang ulama Palestina yang menjadi aktivis di cabang-cabang lokal Ikhwanul Muslimin setelah mengabdikan awal hidupnya untuk ilmu pengetahuan Islam di Kairo.
Mulai akhir tahun 1960-an, Yassin memberikan khotbah dan melakukan pekerjaan amal di Tepi Barat dan Gaza, yang kedua-duanya diduduki Israel setelah Perang Enam Hari pada 1967.
Sheikh Yassin mendirikan Hamas sebagai sayap politik Ikhwanul Muslimin di Gaza pada Desember 1987, setelah pecahnya intifada pertama yang merupakan sebuah perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.
Hamas pada saat itu dibenuk untuk merespons ancaman dari kelompok Palestina Islamic Jihad (PIJ), yang keras berkomitmen melawan Israel dan berpotensi menggeser dukungan Palestina dari Ikhwanul Muslimin (The Muslim Brotherhood).
Mereka memiliki dua sayap utama, yakni sayap pelayanan sosial yang disebut Dakwah dan sayap militer yang dikenal sebagai Brigade Izz ad-Din al-Qassam.
Hamas menolak segala bentuk negosiasi yang bisa mengakibatkan pengorbanan tanah Palestina.
Dalam historisnya, Hamas memiliki afiliasi nasional dengan aliansi pasukan Palestina dan afiliasi internasional dengan Ikhwanul Muslimin.
Pada 2006, Hamas memenangi pemilihan legislatif Palestina. Setahun kemudian, mereka menguasai Jalur Gaza setelah pertempuran yang disebut Pertempuran Gaza.
Hamas juga memiliki mayoritas di parlemen Otoritas Nasional Palestina.
Pemimpin Hamas, seperti Khaleed Mashaal dan Ismail Haniyeh berbasis di Qatar.
Sayap militer Hamas kerap melancarkan serangan, terutama sebagai balasan atas tindakan Israel.
Selama sejarahnya, Hamas juga menentang perjanjian damai, seperti Perjanjian Oslo tahun 1993 antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Baca juga: Asal-usul Orang Palestina dan Israel Ternyata dari Leluhur yang Sama
Perbedaan antara kedua organisasi ini mencakup sejumlah aspek yang mencerminkan perbedaan ideologis, strategi, dan tujuan politik mereka.
Fatah telah secara resmi mengakui keberadaan Israel dan memiliki tujuan untuk membentuk negara Palestina di wilayah perbatasan pada 1967.