Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Black Death, Pandemi Paling Mematikan dalam Sejarah

Kompas.com - 30/07/2022, 18:10 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Pada puncak pandemi, bahkan tidak sedikit dokter yang menolak untuk menemui pasien dan kegiatan keagamaan dihentikan.

Setelah diperdebatkan oleh para ahli selama beberapa abad, penelitian terkait penyebab Black Death mulai mendapat titik terang pada akhir abad ke-19.

Saat itu, ahli biologi asal Perancis bernama Alexandre Yersin mengungkap bahwa penyebab wabah Black Death adalah infeksi bakteri Yersinia pestis yang disebarkan oleh kutu.

Baca juga: Kampanye Empat Hama, Blunder China Atasi Wabah Penyakit

Setelah diteliti lebih lanjut, wabah ini dapat menular melalu udara atau gigitan kutu dan tikus yang terinfeksi.

Pada Abad Pertengahan, kutu dan tikus paling banyak ditemukan di kapal-kapal dagang, yang kemudian menempel di baju lalu menular dari satu orang ke orang lain.

Itulah mengapa, Black Death menyebar melalui jalur perdagangan laut dan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

Penelitian terbaru pada 2017 di situs pemakaman di Kirgistan, Asia Tengah, oleh sejarawan Phil Slavin di Universitas Stirling di Skotlandia mengungkap fakta baru.

Slavin meneliti DNA 30 kerangka individu dari 118 makam di pemakaman tersebut, yang berasal dari 1338 dan 1339, atau sekitar delapan tahun sebelum wabah Black Death merebak.

Hasil penelitian menujukkan terdapat DNA bakteri wabah, yaitu Yersinia pestis yang menyebabkan Black Death.

Dari hasil itu, peneliti percaya bahwa daerah di sekitar pemakaman Kirgistan menjadi sumber dari strain virus alias galur wabah yang menyebabkan pandemi Black Death.

Baca juga: Pembantaian Santa Cruz 12 November 1991

Dianggap sebagai kutukan

Tingkat kematian Black Death dari satu wilayah dengan wilayah lainnya bervariasi. Umumnya, tingkat kematian di kota-kota lebih tinggi, karena memiliki risiko penularan lebih tinggi pula daripada pedesaan.

Bahkan, beberapa bangsawan Eropa banyak yang menjadi korban, di antaranya Eleanor dari Aragon, Raja Alfonso XI dari Kastilia, dan putri Raja Edward III dari Inggris yang bernama Joan.

Saat itu, banyak pula yang memercayai Black Death adalah semacam kutukan, akibat keserakahan dan kejahatan yang dilakukan manusia.

Mereka yang percaya kutukan itu, akhirnya melakukan ritual-ritual yang dianggap sebagai upaya penebusan dosa.

Dalam kepanikan, orang-orang banyak yang melarikan diri menuju pedesaan. Namun, upaya mereka sia-sia karena wabah melanda seluruh penjuru negeri dan menyerang hewan ternak serta manusia.

Baca juga: Sejarah Singkat Abad Pertengahan di Eropa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com