Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Safiatuddin, Pemimpin Perempuan Pertama Kesultanan Aceh

Kompas.com - 30/07/2022, 06:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Safiatuddin merupakan pemimpin perempuan pertama Kesultanan Aceh.

Ia merupakan anak tertua dari Sultan Iskandar Muda (1607-‎1636), pemimpin terbesar Kesultanan Aceh.

Safiatuddin dikenal sebagai seorang wanita yang memiliki pengetahuan di atas rata-rata.

Tak heran, berkat pemahamannya yang luas, ia diangkat menjadi sultanah atau pemimpin Kesultanan Aceh pada tahun 1641 hingga 1675.

Ia berhasil membawa Kesultanan Aceh pada kejayaan di berbagai bidang, terutama ilmu pengetahuan.

Riwayat singkat

Safiatuddin lahir di Aceh pada tahun 1612. Ia adalah anak tertua dari Sultan Iskandar Muda.

Ia diberi nama oleh Sultan Iskandar Muda Putri Sri Alam dengan gelar Safiatuddin Tajul Alam.

Sejak kecil, Safiatuddin sudah didorong oleh ayahnya untuk belajar kepada ulama dan ilmuwan di Kesultanan Aceh.

Baca juga: Hamzah Fansuri: Kehidupan, Kiprah, Karya, dan Akhir Hidup

Adapun Safiatuddin pernah berguru kepada Syekh Hamzah Fansury, Syekh Nuruddin Ar-Raniry, Syekh Faqih Zainul Abidin Ibnu Daim Mansur, Syekh Kamaluddin, Syekh Alaiddin Ahmad, Syekh Muhyiddin Ali, Syekh Taqiy yudin Hasan, dan Syekh Saifuddin Abdul kahhar.

Oleh sebab itu, Safiatuddin bisa menguasai bahasa Arab, Urdu, Spanyol, dan Persia. Ia juga menguasai ilmu fikih, sejarah, mantik, filsafat, sastra, dan tasawuf.

Naik takhta

Setelah Sultan Iskandar Muda meninggal dunia, takhta Kesultanan Aceh diambil alih oleh suami Safiatuddin yang bernama Sultan Iskandar Tsani.

Sultan Iskandar Tsani merupakan putra dari Sultan Ahmad Syah yang berasal dari Pahang, Malaysia.

Safiatuddin menikah dengan Sultan Iskandar Tsani pada tahun 1617 setelah Sultan Iskandar Muda menaklukkan Pahang.

Sultan Iskandar Tsani memerintah Kesultanan Aceh dari tahun 1636 hingga 1641. Kekuasaannya berakhir setelah Sultan Iskandar Tsani meninggal.

Kematian Sultan Iskandar Tsani menimbulkan kericuhan dalam pencarian penggantinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com