KOMPAS.com - Pembantaian Amritsar atau juga disebut Pembantaian Jallianwala Bagh adalah peristiwa berdarah yang terjadi di India pada 13 April 1919.
Saat itu, tentara Inggris yang dikomandoi oleh Kolonel Reginald Dyer menembaki pria, wanita, hingga anak-anak di Jallianwala Bagh di Amritsar, India, secara membabi buta.
Penembakan yang berlangsung sekitar 10 menit itu menghabiskan sebanyak 1.650 butir peluru yang menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Selain korban tewas, dampak Pembantaian Amritsar juga mengakibatkan lebih dari 2.000 orang mengalami luka-luka.
Sebagai protes atas tragedi ini, Mahatma Gandhi memilih mengembalikan penghargaan Kaiser-i-Hind, yang pernah diberikan Inggris kepadanya.
Baca juga: Holocaust, Pembantaian Jutaan Yahudi oleh Hitler
Terjadinya Pembantaian Amritsar dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Salah satunya pengesahan The Rowlatt Act atau Undang-Undang Rowlatt pada 10 Maret 1919.
Kebijakan ini memberi wewenang kepada pemerintah kolonial Inggris untuk memenjarakan siapa pun tanpa pengadilan apabila melakukan tindakan menghasut guna melawan pemerintah. Undang-Undang Rowlatt tentu menuai protes dari masyarakat.
Pada 7 April 1919, Mahatma Gandhi menerbitkan sebuah artikel berjudul Satyagraha, yang menjelaskan cara-cara untuk menentang Undang-Undang Rowlatt.
Pihak berwenang Inggris merespons dengan mengeluarkan perintah untuk melarang Gandhi memasuki Punjab dan menangkapnya jika melanggar.
Setelah itu, Dr Saifuddin Kitchlew dan Dr Satyapal, dua pemimpin terkemuka yang merupakan simbol persatuan Hindu-Muslim, mengorganisir aksi damai guna menentang UU Rowlatt di Kota Amritsar.
Baca juga: Pembantaian Santa Cruz 12 November 1991
Pada 9 April 1919, Dr Saifuddin Kitchlew dan Dr Satyapal ditangkap untuk diasingkan ke Kota Dharmasala.
Hal ini memicu bentrok antara tentara Inggris dan masyarakat India yang melakukan aksi protes dan menuntut pembebasan Dr Saifuddin Kitchlew dan Dr Satyapal.
Bentrok yang terjadi pada 10 April ini bahkan hingga menewaskan beberapa orang karena tembakan yang dilancarkan Inggris.
Keadaan semakin memanas saat Sherwood, seorang perempuan yang menjadi pengawas sekolah di Amritsar, mengaku dianiaya oleh massa karena ia orang Inggris.
Pada 13 April 1919, masyarakat berkumpul di Jallianwala Bagh, yang merupakan sebuah taman publik, untuk merayakan Baisakhi.