Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Panas Eropa Disebut akibat Perubahan Iklim, 1.000 Orang di Portugal Meninggal Karenanya

Kompas.com - 20/07/2022, 17:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Euro news

KOMPAS.com - Saat ini berbagai wilayah di Eropa tengah dilanda gelombang panas, yang telah menewaskan banyak penduduknya. Bahkan, Portugal melaporkan ada lebih dari 1.000 orang meninggal dunia akibat cuaca panas per Senin, 18 Juli 2022.

Kepala Direktorat Jenderal Kesehatan Portugal (DGS) Graca Freitas mengatakan, negaranya harus bersiap mengatasi dampak perubahan iklim karena suhu terus meningkat.

“Portugal adalah salah satu wilayah di dunia yang semakin bisa terkena dampak panas ekstrem,” ujar Freitas kepada Reuters seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Rabu (20/7/2022).

Baca juga: Cuaca Panas Bisa Sebabkan Heat Stroke, Kenali Gejala dan Pencegahannya

Selain Portugal, suhu di Inggris juga mengalami kenaikan, mencapai 40 derajat Celsius untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Sementara Perancis, Portugal, Spanyol, Yunani, dan Kroasia masih berjuang melawan kebakaran hutan selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.

Suhu rata-rata Bumi memang tercatat telah meningkat sebesar 1,1 derajat Celsius sejak masa pra-industri, yang sebagian besar dikarenakan peningkatan gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.

Dilansir dari Euro News, Senin (18/7/2022) karbon dioksida (CO2) adalah penyumbang terbesar pemanasan global. Konsentrasinya di atmosfer melonjak hingga 48 persen, antara tahun 1750 hingga 2020.

Efek rumah kaca, CO2, metana, dinitrogen oksida, dan gas lainnya memerangkap panas matahari, sehingga menyebabkan peningkatan suhu untuk kembali ke luar angkasa.

Ketika suhu rata-rata meningkat, atau semakin mendekati 1,5 derjat Celsius maka kondisi yang akan terjadi adalah cuaca panas ekstrem yang lebih sering, lebih lama, dan lebih intens dari sebelumnya.

Intensitas gelombang panas akibat perubahan iklim

Menurut sebuah studi baru-baru ini, gelombang panas memiliki kemungkinan satu dari 10 terjadi pada tahun tertentu di iklim pra-industri.

Sekarang, gelombang panas diprediksi akan terjadi hampir tiga kali lebih sering dengan 1,2 derajat Celsius lebih panas.

“Saya pikir, kami dapat mengatakan dengan yakin, bahwa setiap gelombang panas yang terjadi hari ini telah dibuat lebih intens dan lebih mungkin karena perubahan iklim,” jelas rekan penulis studi yang juga dosen dalam ilmu iklim di Grantham Institute for Climate Change and the Environment, Dr Friederike Otto.

Baca juga: Apa Itu Gelombang Panas dan Dampaknya terhadap Kesehatan

 

Sementara, studi World Weather Attribution (WWA) menunjukkan gelombang panas ekstrem yang melanda desa di Kanada musim panas lalu menyebabkan kebakaran hutan.

Pasalnya, suhu di wilayah tersebut mencapai 49,6 derajat Celsius. Dengan demikian, para ahli menyimpulkan kondisi tersebut sangat mungkin diakibatkan oleh perubahan iklim.

"Ada begitu banyak peristiwa ekstrem yang terjadi tahun ini, menjadi sulit untuk melihat satu per satu," ungkap ahli dari Grantham Institute dan WWA, Dr Mariam Zachariah.

Hal yang paling utama terkait perubahan iklim ini, kata Zachariah, adalah fokus pada tindakan dengan tepat waktu guna mengurangi dampak yang lebih parah di kemudian hari.

Baca juga: Gelombang Panas India Pecahkan Rekor, Suhunya Capai Lebih dari 49 Derajat Celsius

Di Inggris, ahli meteorologi mendefinisikan gelombang panas terjadi dalam periode tiga hari berturut-turut, di mana suhu maksimum harian memenuhi ambang batas suhu, yang bervariasi menurut wilayah. Misalnya saja di London suhunya 28 Celsius.

“Kami berharap kami tidak akan sampai ke situasi ini, tetapi untuk pertama kalinya kami memperkirakan (akan terjadi kenaikan suhu) lebih dari 40 Celsius di Inggris,” kata Dr Nikos Christidis, seorang ilmuwan di Met Office.

Ia sebelumnya pernah mengumumkan peringatan pertama di Inggris terkait cuaca panas yang sangat luar biasa.

“Peluang melihat 40 Celsius dalam sehari di Inggris bisa sepuluh kali lebih mungkin dalam (situasi) iklim saat ini daripada di bawah iklim alami yang tidak terpengaruh oleh manusia," terangnya.

Gelombang panas umumnya didorong oleh sistem tekanan tinggi, dalam hal ini adalah 'Azores high'. Itu merupakan sistem tekanan tinggi yang biasanya berada di lepas pantai Spanyol, Atlantik Utara, kemudian menyebar ke utara dan menciptakan kondisi seperti saat ini.

Kematian di Portugal akibat gelombang panas

Pekan lalu, Portugal dilanda kekeringan parah dan suhu udara mencapai 40 derajat Celsius. Kendati beberapa hari terakhir suhu udara cenderung menurun, Freitas menyampaikan situasi masih berada di atas level normal untuk tahun ini.

DGS sebelumnya melaporkan 238 kematian akibat gelombang panas dari 7 hingga 13 Juli. Namin, Freitas berkata bahwa jumlah kematian telah melonjak menjadi 1.063 orang.

Carlos Antunes, seorang peneliti di Fakultas Sains Universitas Lisabon, mengatakan dalam sebuah wawancara, bahwa data-data menunjukkan mereka yang paling mungkin meninggal karena gelombang panas ialah orang tua.

Baca juga: Cuaca Panas Terik di Indonesia Bukan Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com