Ia menyebut beberapa kondisi yang mungkin menjadi gejala epidermolisis bulosa, di antaranya:
Pada bayi baru lahir, gejala EB bisa ditandai dengan kulit lepuh atau luka ketika bayi mengalami gesekan.
"Jadi kalau ada seperti ini, bayi lahir tapi ada luka-luka yang banyak mengalami gesekan yaitu di tungkai, panggul, kita harus berpikir ini mungkin suatu EB," tambahnya.
Sementara pada anak-anak yang mengalami EB, anak-anak yang menderita EB kerap mengalami lepuh atau lecet berulang jika tergesek benda seperti pakaian, sepatu, saat berjalan, dan sebagainya.
Kemudian pada orang dewasa, sering mengalami lepuh atau lecet berulang di telapak tangan atau kaki.
Niken menegaskan, penyakit epidermolisis bulosa dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang etnis maupun jenis kelamin.
Berdasar publikasi ilmiah, kata Niken, epidermolisis bulosa bisa terjadi pada usia berapa pun termasuk usia dewasa. Namun, biasanya yang paling terlihat adalah bayi.
Baca juga: 5 Cara Cegah Kulit Rusak karena Keseringan Cuci Tangan
"Karena EB penyakit genetik, sangat bisa mengenai pada usia bayi, baik bayi baru lahir maupun setelahnya," kata Niken.
"Pada jenis EB tipe berat sudah terlihat sejak bayi. Tapi pada tipe EB yang ringan, pada saat bayi bisa saja tidak terdeteksi dan baru muncul ketika merangkak, berjalan, dan mendapat gesekan-gesekan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.