Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Baru Ungkap Tubuh Manusia Hanya Mengenali Dua Musim

Kompas.com - 04/10/2020, 19:05 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

 

Studi yang telah dipublikasikan secara online 1 Oktober 2020 di Nature Communicationsenelitian ini, dilakukan pada 105 orang yang berusia antara 25 sampai 75 tahun.

Sekitar setengahnya resisten insulin, yang berarti tubuh mereka tidak memproses glukosa secara normal.

Para ilmuwan juga melacak olahraga dan kebiasaan makan semua peserta.

Sekitar empat kali setahun, para peserta memberikan sampel darah, yang dianalisis para ilmuwan untuk informasi molekuler tentang kekebalan, peradangan, kesehatan jantung, metabolisme, mikrobioma, dan banyak lagi.

Baca juga: Survei: 90 Persen Anak Muda Indonesia Khawatirkan Dampak Krisis Iklim

Selama rentang waktu empat tahun, data menunjukkan bahwa periode akhir musim semi bertepatan dengan peningkatan biomarker inflamasi yang diketahui berperan dalam alergi, serta lonjakan molekul yang terlibat dalam rheumatoid arthritis dan osteoartritis.

Mereka juga melihat bahwa bentuk hemoglobin yang disebut HbAc1, protein yang menandakan risiko diabetes tipe 2, memuncak selama waktu ini, dan bahwa gen PER1, yang dikenal sangat terlibat dalam mengatur siklus tidur-bangun, juga berada di angka yang  lebih tinggi.

Dalam beberapa kasus memang relatif jelas mengapa tingkat molekul meningkat. Penanda inflamasi mungkin melonjak karena jumlah serbuk sari yang tinggi. Tetapi dalam kasus lain, itu tidak tampak jelas.

Snyder dan timnya curiga, bahwa kadar HbA1c tinggi pada akhir musim semi, karena mengonsumsi makanan yang memanjakan selama musim liburan.

Kadar HbA1c mencerminkan kebiasaan makan dari sekitar tiga bulan sebelum pengukuran dilakukan, serta berkurangnya rutinitas berolahraga secara umum di musim dingin bulan.

Saat Snyder dan timnya mengikuti data hingga awal musim dingin, mereka melihat peningkatan molekul kekebalan yang diketahui membantu melawan infeksi virus dan lonjakan molekul yang terlibat dalam perkembangan jerawat.

Tanda hipertensi, atau tekanan darah tinggi, juga lebih tinggi di musim dingin.

Data juga menunjukkan, bahwa ada beberapa perbedaan tak terduga pada mikrobioma individu yang resisten insulin dan individu yang memproses glukosa secara normal.

Veillonella, sejenis bakteri yang terlibat dalam fermentasi asam laktat dan pemrosesan glukosa, terbukti lebih tinggi pada individu yang resisten insulin sepanjang tahun, kecuali selama pertengahan Maret hingga akhir Juni.

Baca juga: Apa Bedanya Pemanasan Global dengan Perubahan Iklim?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com