"Apa yang telah disepakati sejak awal di antara kami dan satu sama lain juga berlaku untuk masa depan, yaitu tidak akan ada tentara di tanah Ukraina yang dikirim ke sana oleh negara-negara Eropa atau negara-negara NATO," kata Scholz kepada para wartawan.
Ia menambahkan, tentara yang berbasis di negara-negara tersebut juga tidak boleh berpartisipasi aktif dalam peristiwa perang di Ukraina untuk melawan Rusia.
Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, yang negaranya akan bergabung dengan NATO, pada Selasa juga mengatakan bahwa pihaknya saat ini tidak berencana untuk mengirim pasukan darat ke Ukraina.
"Itu tidak ada dalam rencana kami untuk saat ini," kata Kristersson kepada lembaga penyiaran publik Swedia, SVT.
Dia bereaksi terhadap komentar Macron, yang mengatakan bahwa para pemimpin Barat tidak boleh mengesampingkan pengiriman pasukan darat untuk membantu Ukraina mengalahkan pasukan Rusia.
"Untuk saat ini, kami sedang sibuk mengirimkan peralatan (militer) canggih ke Ukraina," kata Kristersson.
Stockholm mengumumkan pada tanggal 20 Februari bahwa mereka akan memberikan bantuan pertahanan kepada Ukraina senilai 7,1 milyar kronor, termasuk peluru artileri, pertahanan udara, kapal, ranjau, torpedo, dan pelatihan untuk tentara Ukraina.
Kristersson mengatakan bahwa saat ini "tidak ada permintaan" dari Ukraina untuk pasukan darat Barat.
PM Polandia dan PM Republik Ceko pada Selasa mengatakan pula, bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk mengirim pasukan ke Ukraina.
Namun, mereka bersikeras bahwa semua negara Eropa bakal memberikan dukungan penuh kepada Kyiv dalam melawan invasi Rusia.
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk tengah bertemu dengan Perdana Menteri Ceko Petr Fiala di Praha menjelang pertemuan Visegrad Group –sebuah aliansi negara-negara Eropa Tengah.
“Kami tidak mempertimbangkan pengiriman pasukan kami ke Ukraina dan kami memiliki posisi yang sama dengan Republik Ceko dalam hal ini,” kata Tusk dalam konferensi pers bersama hari Selasa dengan Fiala.
Juru bicara Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, pada Selasa pun menegaskan bahwa Inggris tidak berencana mengerahkan tentara ke Ukraina dalam jumlah besar.
“Inggris sudah memiliki sejumlah kecil personel di negaranya yang mendukung angkatan bersenjata Ukraina, termasuk untuk pelatihan medis,” kata juru bicara Perdana Menteri Rishi Sunak kepada wartawan.
“Kami tidak punya rencana untuk melakukan pengerahan skala besar. Inggris juga melatih sejumlah besar personel Ukraina di Inggris. Kami jelas mendukung pasukan Ukraina juga melalui penyediaan peralatan dan perbekalan," jelas sumber itu.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa mengatakan, mengirim pasukan ke Ukraina bukanlah kepentingan negara-negara Barat, setelah Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa opsi itu ada di atas meja.
"Ini sama sekali bukan kepentingan negara-negara ini, mereka harus menyadari hal ini," kata Peskov setelah ditanyai tentang pernyataan Macron.
Ia menambahkan bahwa banyak negara "menyimpan penilaian yang cukup bijaksana mengenai potensi bahaya dari tindakan semacam itu".
"Fakta bahwa kemungkinan pengiriman beberapa kontingen dari negara-negara NATO ke Ukraina sedang didiskusikan adalah elemen baru yang sangat penting," katanya.
Dia mencatat bahwa Kremlin sangat menyadari posisi Macron tentang perlunya memberikan kekalahan strategis pada Rusia.
Ketika ditanya apakah kemunculan pasukan NATO di Ukraina akan mengarah pada konfrontasi langsung antara aliansi tersebut dan Rusia, Peskov mengatakan bahwa hal itu adalag sebuah keniscayaan.
"Dalam hal ini, kita tidak perlu berbicara tentang kemungkinan, tetapi tentang keniscayaan (konfrontasi)," kata Peskov.
"Dan negara-negara ini perlu... bertanya pada diri sendiri apakah (konfrontasi) itu demi kepentingan mereka dan, terutama, apakah itu demi kepentingan warga negara," katanya.
Spanyol pada Selasa mengatakan pihaknya menentang pengerahan pasukan Eropa di Ukraina setelah Presiden Perancis Emmanuel Macron menolak mengesampingkan pengiriman tentara Barat.
“Mengenai apakah kami mendukung pengerahan pasukan Eropa ke Ukraina, kami sudah menyatakan posisi kami dengan jelas dan kami tidak setuju,” kata Juru Bicara Pemerintah Pilar Alegria.
“Kita harus berkonsentrasi pada hal yang paling mendesak, yaitu mempercepat pengiriman peralatan (militer) ke Kyiv," katanya.