SINGAPURA, KOMPAS.com - Serangkaian skandal mengguncang Pemerintah Singapura dan telah menodai citra bersih negara kota itu. Mulai dari tuduhan korupsi hingga hubungan tak pantas di antara politisi.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengakui Partai Aksi Rakyat (PAP) yang berkuasa terpukul dengan masalah ini, tapi mengatakan kasus yang melibatkan menteri jarang terjadi dan pemerintah tidak memiliki toleransi terhadap korupsi.
"Kami akan tunjukkan kepada warga Singapura bahwa kami menjunjung tinggi standar dan melakukan hal yang benar, sehingga kepercayaan tetap terjaga," katanya.
Baca juga: Ketua dan Anggota Parlemen Singapura Mengundurkan Diri karena Perselingkuhan
Para pengamat menilai partai yang berkuasa di Singapura telah terluka oleh skandal meski tidak sampai fatal.
Apakah skandal ini menunjukkan sistem berfungsi sebagaimana mestinya, atau bahwa tanpa pemeriksaan dan keseimbangan yang independen, akan lebih banyak lagi korupsi di Singapura?
Dalam waktu beberapa hari bulan lalu, warga Singapura dikejutkan setelah Menteri Perhubungan, S Iswaran, ditangkap dengan tuduhan korupsi.
Tak berselang lama, dua politisi, yakni Ketua DPR Tan Chuan-Jin dan anggota parlemen Cheng Li Hui mengundurkan diri karena hubungan yang tak pantas.
Menteri Iswaran ditangkap bersama dengan miliarder Singapura yang juga promotor Formula One dan raja hotel Ong Beng Seng sebelum keduanya dibebaskan dengan jaminan.
PM Lee menegaskan, anggota parlemen itu juga telah mundur dan diberi potongan gaji sebesar 8.500 dollar Singapura (Rp 95,98 juta) sebulan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Dua menteri kabinet lainnya baru saja dibebaskan oleh pengawas korupsi pada Juni, mengakhiri apa yang disebut "Ridout Road Saga".
Pasangan itu dituduh menyalahgunakan posisi mereka untuk mengamankan properti premium milik negara di bawah harga pasar.
Partai WP menyatakan anggota parlemen Leon Perera dan presiden sayap pemuda Nicole Seah menyerahkan surat pengunduran diri setelah sebuah video beredar di media sosial, menunjukkan keduanya sedang berpegangan tangan.
Serangkaian pelanggaran ini mengejutkan karena skandal pemerintah jarang terjadi di Singapura.
Sikap anti korupsi telah menjadi prinsip inti sejak era Lee Kuan Yew menjabat pada tahun 1959 dengan simbol pakaian putih dan bertekad agar pemimpin harus "lebih putih dari putih".
Para menteri dibayar lebih dari 1 juta dolar Singapura setahun untuk mencegah korupsi dan menarik orang-orang terbaik dan terpandai terjun ke politik.
Investigasi korupsi terakhir dilakukan pada tahun 1986--dengan tersangka anggota parlemen bunuh diri sebelum dituntut. Kemudian baru terjadi lagi dengan pengunduran diri anggota parlemen pada tahun 2012 dan 2016.
Baca juga: Sudah Digaji Tinggi, Menteri Transportasi Singapura Ditangkap terkait Kasus Korupsi
Setelah skandal tersebut, para pemimpin Partai PAP yang berkuasa langsung menjanjikan adanya transparansi dalam penanganan kasus ini.