Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Erdogan Bisa Menang Pilpres Turkiye Saat Negaranya Krisis?

Kompas.com - 29/05/2023, 10:14 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Itu termasuk lebih dari tiga juta warga Suriah yang melarikan diri dari perang di negara asal mereka. Ini adalah pesan yang diterima dengan baik di Turkiye.

Siapa pun presiden Turkiye berikutnya, nasionalisme dipastikan menjadi pemenangnya. Para pemilih telah memilih parlemen paling nasionalis dan konservatif yang pernah ada, dan koalisi Partai AK (Keadilan dan Pembangunan) Erdogan yang saat ini berkuasa berhasil mempertahankan kendali.

Bagi beberapa pemilih muda, seakan-akan hasilnya sudah pasti. Duduk di sofa merah di bawah bendera pelangi, Zeynep (21) dan Mert (23) menyajikan secangkir teh Turkiye panas dan mengungkapkan kekhawatiran tentang masa depan.

Keduanya belajar psikologi di Universitas Bogazici, kampus yang dihormati dengan riwayat gerakan protes mahasiswa yang sekarang ditekan. Persahabatan mereka dimulai di klub LGBTQ+ universitas, yang sekarang sudah ditutup. Parade gay telah dilarang sejak 2015.

Selama kampanye pemilu, Presiden Erdogan menyasar komunitas tersebut. "Tidak ada orang LGBT yang keluar dari negara ini," katanya dalam satu pawai yang penuh sesak di Kota Izmir. "Kita tidak akan menodai struktur keluarga kita. Berdirilah tegak seperti laki-laki, keluarga kita seperti itu."

Komunitas LGBTQ+ sekarang semakin dalam bahaya, menurut Mert, yang rambutnya hitam sebahu dan mengenakan anting.

"Erdogan sendiri, dalam setiap pidatonya, di setiap acara yang dia adakan, telah mulai menjabarkan kami sebagai target," katanya. "Hari demi hari, negara membuat kami menjadi musuh."

Baca juga: Pilpres Turkiye Sisakan Pertarungan Erdogan Vs Kilicdaroglu

Abad baru Turkiye

"Apa yang dikatakan pemerintah berdampak pada masyarakat. Anda melihatnya tercermin pada orang-orang terdekat Anda, bahkan dalam keluarga Anda. Kalau ini terus berlanjut, lalu apa selanjutnya? Kami akhirnya selalu hidup waspada, selalu tegang, selalu ketakutan," katanya.

Zeynep--yang memiliki mata gelap dan gerakan tangan yang ekspresif--masih mengharapkan era baru tetapi paham itu mungkin tidak akan datang. "Usia saya 21 tahun dan mereka sudah 20 tahun di sini," katanya.

"Saya menginginkan perubahan dan kalau itu tidak terwujud saya akan sedih dan takut. Mereka akan semakin menyerang kami; Mereka akan merampas lebih banyak hak kami. Mereka akan melarang lebih banyak hal, saya pikir. Tapi kami masih akan melakukan sesuatu, kami masih akan berjuang."

Pada Minggu (28/5/2023), para pemilih berangkat ke tempat pemungutan suara untuk pemilihan presiden pertama dalam sejarah Turkiye yang menempatkan negara mereka pada titik balik.

Sudah hampir 100 tahun sejak Turkiye didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk sebagai republik sekuler.

Recep Tayyip Erdogan menjanjikan "abad Turkiye" baru jika dia terpilih kembali.

Para pendukungnya mengatakan, dia akan memberikan lebih banyak pembangunan dan Turkiye yang lebih kuat. Sementara para pengkritiknya mengatakan dia akan mengurangi pengaruh Ataturk, melakukan lebih banyak Islamisasi, dan membawa masa depan yang lebih gelap.

Baca juga: Profil Erdogan dan Peluangnya di Pilpres Turkiye 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com