CANBERRA, KOMPAS.com - Jenny sedang sendirian di dapur menyiapkan masakan spageti ketika telepon rumahnya berdering. Itulah awal malapetaka yang menghantuinya selama dua tahun terakhir.
"Nomor telepon pribadi kami tidak terdaftar di buku telepon, jadi tidak banyak orang yang mengetahuinya," ujarnya kepada ABC News.
"Penelepon mengaku pegawai Commonwealth Bank Australia dan memberitahu saya bahwa rekening kami tidak aman, kartu Visa kami melakukan transaksi yang mencurigakan," kata Jenny.
Baca juga: Pengusaha Kehilangan Rp 3,4 Miliar Usai Angkat Telepon 14 Detik dari Penipu
Dia pun segera ke ruang kerja dan membuka internet banking-nya.
"Saya melihat ada lima transaksi dalam satu hari dan tiga di antaranya untuk bisnis di Shanghai," katanya.
Ia merasa bersyukur karena telah diberitahu oleh "pegawai bank" tersebut. Tapi apa yang terjadi selanjutnya justru sangat merugikan Jenny.
"Orang itu mengatakan ada seseorang yang berusaha meretas akun bank kami. Lalu katanya dia perlu memeriksa keamanan komputer saya, memintaku mengunduh program TeamViewer," katanya.
"Saya tadinya ragu, tapi TeamViewer ini telah saya pakai dalam pekerjaan selama ini, terutama jika memerlukan bantuan IT dari jarak jauh."
Selama beberapa dekade, Jenny bekerja menjalankan klinik dokter umum suaminya di pinggiran Kota Melbourne.
Pasangan ini sudah pensiun dengan rekening bisnis berisi ratusan ribu dollar.
Takut akan kehilangan semua uangnya akibat transaksi mencurigakan, Jenny pun mengikuti instruksi si penelepon tadi.
"Tiba-tiba layar komputerku jadi hitam dan ada tulisan 'TeamViewer bekerja dengan aman'," katanya.
Penelepon ini memintanya untuk membacakan kode token yang dikirim bank ke nomor telepon genggamnya. Saat itu, akunnya terkunci, sehingga Jenny merasa semakin panik. Tapi si penelepon mengaku membutuhkan lebih banyak waktu.
Empat jam setelah menelepon, dalam keadaan kelelahan dan bingung, Jenny menutup telepon dan langsung menelepon bank.
Baca juga: Pengusaha yang Kehilangan Rp 3,4 Miliar dari Telepon 14 Detik Disuruh Tunggu 14 Hari oleh Bank
Dua puluh lima menit setelah telepon, setelah serangkaian pertanyaan dan pemeriksaan ID, seorang pegawai bank memberitahu bahwa "beberapa transaksi" telah dilakukan.
"Kami akan mencoba yang terbaik untuk mengembalikan dana Anda," katanya.
Setelah 37 menit, sebagian besar dihabiskan untuk menunggu, panggilan berakhir. Meski sudah berulang kali bertanya, Jenny tetap tidak tahu berapa kerugiannya.
Tapi malam itu, Jenny menyadari telah memberikan 31 kode token kepada si penelepon, dan setiap kode memungkinkan pelaku untuk mentransfer $10.000 dari akun bank Jenny.
Bank menghentikan hanya satu transaksi, dan dana sebesar 299.996 dollar Australia (Rp 2,9 miliar) berhasil dicuri oleh penelepon yang ternyata penipu.
"Saya merasa bodoh sekali. Merasa ditipu dan saya berusaha sekuat tenaga mendapatkan kembali uang itu."
Setelah serangkaian telepon dengan pihak bank, Jenny akhirnya melaporkan kasusnya ke Kepolisian Victoria.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.