Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Kompas.com - 15/05/2024, 10:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Penulis: Katherine Gypson/VOA Indonesia

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ketika Rusia melakukan serangan ke Ukraina utara pekan ini, kampanye pemilu presiden AS antara Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump tetap berfokus pada krisis kebijakan luar negeri lainnya, yaitu perang antara Israel dan Hamas di Gaza.

Kota Vovchansk di perbatasan utara Ukraina dikosongkan, hanya beberapa jam sebelum Rusia mengeklaim telah merebut kota itu.

Ukraina melawan Rusia dengan bantuan lebih dari 50 miliar dollar AS dari Amerika Serikat, yang disetujui bulan lalu oleh Presiden Joe Biden.

Baca juga: 6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Selama berbulan-bulan ia berpendapat, bantuan ke Ukraina penting bagi kebijakan keamanan nasional AS.

“Jika Amerika menarik diri sekarang, maka langkah itu akan membahayakan Ukraina. Eropa dalam bahaya. Dunia bebas berada dalam bahaya, sehingga pihak lain yang ingin menyakiti kita semakin berani. Pesan saya kepada Presiden Putin, yang sudah saya kenal lama, sederhana saja: Kami tidak akan pergi begitu saja,” kata Biden.

Namun, para analis mengatakan, pemilihan presiden jarang membahas isu-isu kebijakan luar negeri.

Profesor Universitas Amerika, James Thurber mengatakan, Isu Ukraina hampir tidak tercatat dalam jajak pendapat dan isu kebijakan luar negeri.

"Kurang dari 5 persen masyarakat menganggapnya sebagai isu penting. Secara umum, kebijakan luar negeri berarti hubungan yang kita miliki dengan China dan partai komunisnya, namun juga menentang Putin dan apa yang terjadi di Gaza," katanya.

Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump berpendapat, AS telah mengirim terlalu banyak bantuan.

Sebelumnya, tahun ini, Trump menyatakan bahwa ia tidak akan mematuhi pakta pertahanan diri bersama, jika Rusia menginvasi negara anggota NATO.

Baca juga: Intelijen AS Ungkap Potensi China Manfaatkan TikTok Pengaruhi Pilpres AS

“Aku tidak akan melindungimu. Sebenarnya, saya akan mendorong mereka untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan,” ujar Trump.

Pesan itu selaras dengan kekhawatiran para pemilih mengenai keterlibatan Amerika di luar negeri.

Barbara Perry, dari University of Virginia Miller Center mengatakan, perang melawan teror selama 20 tahun, dan apa yang disebut perang tanpa akhir, mungkin membuat lebih banyak orang Amerika berubah paham menjadi isolasionisme.

"Itulah sebabnya Donald Trump berhasil pada tahun 2016. Dan mengapa ia berhasil mengumpulkan semua hal, kecuali nominasi dari Republik secara resmi untuk tahun 2024," ucapnya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com