Sejak 2012, Presiden Xi Jinping memprakarsai jaringan-kerja ganda think tank guna memenangkan dukungan negara-negara Asia Tengah, Asia Pasifik, Asia Selatan, dan Asia Tenggara terhadap prakarsa Yi dai Yi lu atau “One Belt, One Road” (OBOR), proposal kerja sama ekonomi Euro-Asia dari Pemerintah Tiongkok.
Dua jenis think tank di Tiongkok saat ini ialah shiye danwei dengan dukungan dana atau supervisi dari Pemerintah dan qiye danwei tanpa afiliasi dengan pemerintah atau wadah non-profit sipil (Zhu, 2011). Misalnya, South Non-Governmental Think-Tank adalah qiye danwei pertama yang didirikan di Provinsi Guangdong pada Januari 2012 (Linping, 2012).
Think tank Tiongkok “merekat” jaringan media global untuk memenangkan OBOR. Presiden Xi Jinping merilis pidato “Silk Road Economic Belt” pada 7 September tahun 2013 di Astana, Kazakhstan (Fallon, 2015:140). Isinya, misi Tiongkok “forge closer economic ties, deepen cooperation, and expand development in the Euro-Asia region” (Yiwei, 2016: 93).
Pada kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 3 Oktober tahun 2013, Presiden Xi Jinping mengusulkan “21st Century Maritime Silk Road” kepada DPR RI dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Misi diplomasi Xi Jinping ini didahului oleh program think tank dan media, papar Wang Zheng (2022), misalnya ‘Community with Shared Future’, ‘Lancang-Mekong Cooperation’ dan ‘Hainan Free Trade Port’.
Think tank Tiongkok mengorganisir konferensi internasional guna membangun narasi positif tentang OBOR di Asia Tenggara.
Di Indonesia, ungkap Wang Zheng (2022) Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) adalah mitra diplomasi think tank Tiongkok; FPCI menggelar acara di Jakarta, seperti China Forum (2020) dan Halo China! Kompetisi Video (2021).
Diplomasi think tank Tiongkok lainnya di negara-negara ASEAN misalnya ASEAN-China Survey, Youth Voice for ASEAN-China Cooperation: Writing Competition & Policy Lab, dan promosi pendidikan ASEAN-China Young Leaders Scholarship; Centre for New Inclusive Asia (CNIA) asal Malaysia merajut pula kemitraan dengan think tank Tiongkok.
Hasil Sidang Paripurna Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-18, November 2013 di Beijing, memperkuat think tank Tiongkok guna meningkatkan kinerja pembuatan keputusan di seluruh level tata-kelola negara. Hasilnya, November 2015, Partai Komunis siap menyetujui 25 “National high-end think tank construction pilot work program” (Sisi Li, et al., 2013:423; Zu, 2011).
Catatan penting model Jepang dan Tiongkok tersebut di atas adalah daya-saing bangsa dan negara yang sangat dipengaruhi oleh modal iptek dan ekonomi. Nye (1990:157) menulis: “Today, however, the definition of power is losing its emphasis on military force and conquest than marked earlier eras. The factors of technology, education and economic growth are becoming more significant in international power.”
Para pendiri Indonesia, Panitia Persiapkan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), juga telah merumuskan nilai strategis iptek bagi bangsa dan negara. Misalnya, 18 Agustus 1945 di Jakarta, para pendiri negara-bangsa Indonesia seperti Soekarno, Moh Hatta, Moh Yamin, Soepomo, Ki Hadjar Dewantara, Ratulangi, Radjiman, Latuharhary, W Hasjim, I Gusti Ktut Pudja, dan Oto Iskandardinata juga merumuskan satu dari empat tugas konstitusional Pemerintah Indonesia yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Laporan Global Go to Think Tank Index dari Think Tanks & Civil Societies Program (TTCSP) tahun 2020 menyebut lebih dari 11.175 think tank di seluruh dunia; sekitar 3.389 think tank asal Asia; Think tank asal Indonesia yang disebut lazimnya hanya beberapa, yakni CSIS (Centre Strategy for International Study) dan Setara Institute di Jakarta.
“The Fifth Estate” adalah judul buku tahun 2016 karya James G McGann asal University of Pennsylvania. McGann menyebut think tank adalah estate atau unsur modal ke-5 negara dan bangsa awal abad 21.
Sebab think tank sangat memengaruhi informasi rilis media sebagai estate ke-4, pembuatan keputusan, tata-kelola negara-bangsa, bahkan demokratisasi dan transparansi dalam proses perumusan kebijakan publik. Maka kinerja atau daya-saing negara juga sangat dipengaruhi oleh kinerja think tank.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) United Nations Development Program (2003:6) merumuskan think tank adalah “organizations engaged regularly in research and advocacy on any matter related to public policy, are the bridge between knowledge and power in modern democracies.”
Think tank adalah lembaga riset, kajian, atau advokasi pada banyak isu strategis bangsa dan negara, misalnya teknologi, budaya, ekonomi, lingkungan, dan militer. Lazimnya, think tank bersifat independen, nirlaba, dan ilmiah.