Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

"Estate" Ke-5 "Think Tank" dan Daya Saing Bangsa

Kompas.com - 20/02/2023, 10:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada pula think tank yang semi-otonom dalam badan pemerintah atau afiliasi dengan partai politik, bisnis, atau militer (Fang, 2021).

Jejak awal think tank lazim merujuk ke Club de l'Entresol di Paris tahun 1723-1731. Lembaga ini bersifat independen dengan fokus kebijakan publik, khususnya ekonomi dan politik internasional (Pierre-Yves Beaurepaire, 2011).

Think tank mulai berkembang di Eropa kira-kira abad 19, misalnya Royal United Services Institute tahun 1831 di London, dan Fabian Society tahun 1884.

Awal abad 20, think tank lahir di AS, misalnya Carnegie Endowment for International Peace di Washington, DC, tahun 1910 (Osmanczyk, 2004), Brookings Institute didirikan tahun 1916 oleh Robert S Brookings (Troy, 2012), dan RAND Corporation tahun 1946, cabang Douglas Aircraft dan perusahaan independen tahun 1948 (Fetherling, 2008).

Kini kira-kira 2/3 lembaga think tank di seluruh dunia didirikan pasca tahun 1970-an dan separuhnya pasca 1980-an (McGann, 2011).

Globalisasi berbasis revolusi IT melipat-gandakan jumlah dan kualitas think tank di Afrika, Eropa, Asia, dan Amerika. Banyak negara berupaya menciptakan kebijakan publik berbasis riset ilmiah, obyektif, dan independen.

Di Tiongkok, misalnya hasil riset dan kajian Gu dan Goldman (2004) menemukan bahwa hubungan negara-intelektual pasca tragedi Tiananmen memasuki fase “structural transformation of the intellectual public space”.

Pasca tragedi Tiananmen, lingkungan kebijakan publik di Tiongkok, menjadi lebih beragam dan plural, misalnya aktor non-negara dan sub-negara (Fewsmith, 1994; Huang, 2000; Li, 2009; Shambaugh, 2001; Tanner, 2002). Think tank termasuk satu aktor menonjol dalam pembuatan kebijakan (Zhu, 2011).

Dalam jurnal Policy and Society edisi September 2013, Karthik Nachiappan (2013) menyebut tren ini ‘think tanks and the knowledge–policy nexus’ di Tiongkok awal abad 21. Ini pula contoh estate ke-5 negara saat ini.

Bagaimana cara kerja estate ke-5 think tank pada level nasional dan global? Pada edisi The New York Times 6 September 2014, Eric Lipton, Brooke Williams and Nicholas Confessore merilis hasil investigasi tentang aktor-aktor (pemerintah, organisasi didanai atau dikontrol oleh pemerintah) asal puluhan negara “membayar” pengaruh dalam pembuatan keputusan skala global melalui think tank di AS (Brooke Williams et al., 2014).

Aktor asal Tiongkok misalnya merajut kemitraan dengan think tank Inter-American Dialogue dan Center for Strategic and International Studies (CSIS) di AS; fokus riset CSIS ialah isu pertahanan dan politik luar negeri serta mendapat pasokan dana dari Asia, khususnya Tiongkok. Inter-American Dialogue terutama fokus ke Amerika Selatan, khusus advokasi perdagangan bebas dengan AS serta mendapat pasokan dana dari Kolombia.

Aktor asal Jepang merajut kemitraan dengan think tank Brookings Institution, CSIS, Middle East Institute, German Marshall Fund of the United States, Inter-American Dialogue dan Stimson Center di AS. Brookings Institution mendapat pasokan dana tahunan sekitar 12 persen dari pemerintah banyak negara, khususnya Qatar, Uni Emirat Arab, dan Norwegia sebesar 41 juta dollar AS (Brooke Williams et al., 2014)

Dana riset dan kajian Middle East Institute terutama berasal dari Uni Emirat Arab, Kuwait, Arab Saudi, dan Oman. German Marshall Fund of the United States terutama mendapat pasokan dana dari Jerman dan negara-negara Eropa. Sedangkan Inter-American Dialogue terutama memusatkan riset tentang perdagangan bebas AS-Amerika Selatan. Stimson Center dengan fokus isu militer dan keamanan, banyak mendapat pasokan dana dari negara-negara sekutu AS.

Center for Global Development mendapat pasokan dana dari Norwegia sebesar 17 juta dollar AS. Fokus risetnya ialah pengaruh kebijakan negara kaya terhadap orang-orang miskin di negara berkembang. Targetnya, antara lain memengaruhi sikap dan kebijakan AS.

Sejak 2008, Atlantic Council mendapat pasokan dana dari aktor lebih 20 negara dengan jumlah sekitar 5-20 persen anggaran tahunan lembaga ini (Brooke Williams et al., 2014).

World Resource Institute memusatkan riset pada identifikasi solusi krisis lingkungan, misalnya emisi CO2 dari pembangkit listrik batu-bara di Tiongkok. Donornya berasal dari aktor asal Belanda, Norwegia, Denmark, dan Jerman.

Total dana hibah berkisar 27 juta dollar AS dari aktor-aktor berbagai negara (Brooke Williams et al., 2014). Hasil riset Brooke Williams et al. (2014) belum menemukan aliran dana dari aktor asal Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com