Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insiden Balon Mata-mata China Picu Perpecahan Politik di AS

Kompas.com - 06/02/2023, 14:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: VOA Indonesia

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Perpecahan politik partisan dengan cepat terjadi hari Minggu (5/2/2023) terkait langkah Amerika menembak jatuh balon mata-mata China.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mempertahankan langkah yang dilakukan di lepas pantai Samudera Atlantik, sementara Partai Republik menilai balon itu sedianya ditembak jatuh lebih dari seminggu lalu sebelum terbang melintasi instalasi militer utama di seluruh Amerika.

Menteri Transportasi Pete Buttigieg dalam program “State of the Union” di stasiun televisi CNN mengatakan pengerahan balon oleh China itu merupakan “intrusi yang tidak dapat diterima terhadap kedaulatan Amerika.”

Baca juga: Huru-hara Balon Terbang, AS dan China Kembali Geger

Namun ditambahkannya, militer Amerika – atas perintah Presiden Joe Biden Rabu pekan lalu (1/2/2022) – telah menembak jatuh balon itu pada Sabtu (4/2) tanpa menimbulkan dampak pada properti atau orang, setelah mengkaji risiko yang ditimbulkan” jika melakukannya di daratan Amerika.

“Ini dilakukan dengan cara-cara yang sangat efektif,” ujarnya.

Puing-puing serangan rudal pada balon, yang melayang di ketinggian lebih dari 18.000 meter itu mendarat sekitar 10 kilometer dari garis pantai negara bagian South Carolina di selatan Amerika. Buttigieg mengatakan puing-puing itu membentang lebih dari 11 kilometer.

Kapal Angkatan Laut Amerika mengumpulkan puing-puing itu dari laut, dan kemudian mengirimnya ke laboratorium Biro Penyidik Federal FBI di luar Washington DC untuk dilakukan analisa lebih lanjut.

Baca juga: China Kecam AS Tembak Jatuh Balon, Sebut Reaksi Berlebihan

Partai Republik Kecam Tindakan Lambat Pemerintah

Anggota-anggota parlemen dari Partai Republik mengecam Biden karena tidak menembak jatuh balon itu ketika pertama kali terlihat pada 28 Januari lalu di Kepulauan Aleutian, di barat laut negara bagian Alaska, dibandingkan membiarkannya melayang dari barat ke timur selama satu minggu di seluruh daratan Amerika, termasuk melintasi banyak pangkalan militer.

China mengatakan, balon itu mengumpulkan data meteorologi dan didorong oleh arus angin hingga melintas ke Amerika. Namun Amerika menepis itu sebagai kedok untuk misi pengumpulan informasi intelijen. China belum mengatakan ke mana tujuan balon tersebut.

Para pejabat militer Amerika mengatakan informasi intelijen apapun yang mungkin dikirim balon itu kembali ke China tidak penting dan tidak berbeda dengan yang dikumpulkan China dan Amerika lewat satelit mata-mata masing-masing, yang diarahkan ke wilayah masing-masing.

Baca juga: AS Tembak Jatuh Balon Mata-mata China di Atlantik

Senator Partai Republik dari negara bagian Arkansas, Tom Cotton mengecam Biden dalam program “Fox News Sunday” di stasiun televisi Fox; dengan mengatakan misi balon itu adalah “pengingat tentang kemampuan China” dan bahwa hal itu “merupakan penghinaan yang memalukan” bagi Amerika.

Sementara Senator Marco Rubio dari negara bagian Florida mengatakan pada CNN, ada pesan di balik ini dari China.

“Ini adalah kegagalan yang tidak saya mengerti. Mengapa membiarkannya terbang melintasi negara di atas pangkalan-pangkalan militer? Jika kita menerbangkan sesuatu di atas China, mereka akan menembak jatuh,” kata Rubio.

Baca juga: Benda Diduga Balon Mata-mata China Kedua Terbang di Atas Amerika Latin

Kemenlu China: Penembakan Balon Reaksi Berlebihan AS

Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan mengatakan penembakan balon itu oleh Amerika adalah reaksi berlebihan yang jelas dan pelanggaran serius terhadap praktik standar internasional, dan mengulangi klaimnya bahwa balon itu digunakan untuk penelitian meteorologi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com