Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Keturunan China di Indonesia, Kenapa Jarang Pakai Nama Tionghoa Lagi

Kompas.com - 22/01/2023, 08:18 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Dalam pengalaman saya sendiri, dengan hanya menggunakan nama Indonesia saya merasa seperti terbelah," katanya.

"Dulu saya takut menjadi Tionghoa, tapi juga tidak sepenuhnya bisa menerima menjadi (orang) Indonesia."

"Sekarang, generasi seperti saya yang pernah namanya dilarang, ingin kembali dikenal dengan nama Tionghoa. Namun generasi yang tidak dilarang menggunakannya, malah tidak mau menggunakan."

Baca juga: Kenapa di Malaysia Banyak Orang China dan Pakai Nama Asli? Ini Sejarahnya...

Stigma dan ketakutan akan dipersulit

Trauma politik yang dialami warga Tionghoa dari peristiwa di tahun 1965 dan juga kerusuhan di tahun 1998 menjadi salah satu alasan warga lebih memilih nama Indonesia, menurut Candra Yap Sekretaris Jenderal Perkumpulan Indonesia Tionghoa (INTI).

"Ketakutan kalau nanti akan dipersulit dalam mengurus KTP di tingkat RT atau kelurahan, saya kira masih kuat juga," kata Candra kepada ABC Indonesia.

Menurutnya nama berbau Indonesia atau berbau Barat menjadi pilihan yang paling aman dilakukan.

"Ketakutan akan kesulitan birokrasi yang akan dialami, apalagi misalnya di daerah terpencil menjadi salah satu sebab. Kemungkinan mereka terkena pungli dan hal lain," katanya lagi.

Secara pribadi, Candra yang lahir di tahun 1983 juga merasakan "upaya menutupi diri", jika dia adalah keturunan Tionghoa meski tinggal di Jakarta.

"Nama saya cuma satu nama yaitu Candra, tanpa ada marga. Sekarang ada aturan baru di mana saya mengalami kesulitan karena nama yang terdaftar harus dua kata," katanya.

Candra mengalami kesulitan karena nama marga ayahnya adalah Yap namun karena orang tuanya tidak membuat surat nikah sehingga dia menggunakan nama marga ibunya di paspor.

Candra menyayangkan keputusan politik sebelumnya sudah banyak menghilangkan budaya Tionghoa.

"Keputusan politik sudah mengubah budaya hanya dalam satu generasi saja, padahal budaya pemberi nama tersebut banyak maknanya bagi orang-orang Tionghoa," katanya.

Baca juga: Kenapa China dan Taiwan Bermusuhan?

Nama ada di akta kelahiran

Nama putri pertama dari Novy Suhardiman, yaitu Li Nuo Xin (tengah) tercatat resmi di akta kelahiran.KOLEKSI PRIBADI via ABC INDONESIA Nama putri pertama dari Novy Suhardiman, yaitu Li Nuo Xin (tengah) tercatat resmi di akta kelahiran.
Namun banyak juga keluarga keturunan Tionghoa di Indonesia sekarang kembali memberi nama-nama Tionghoa kepada anak-anak mereka.

Novy Suhardiman yang tinggal di Jakarta memiliki tiga orang anak yang memiliki nama Mandarin.

Nama anak pertamanya, Li Nuo Xin, bahkan tercatat dalam akta kelahiran.

Novy yang pernah kuliah di Xiamen, China, selama empat tahun mengatakan keluarganya masih lekat dengan kebudayaan Tionghoa.

"Kita sih masih mengikuti saja adatnya," kata Novy yang memiliki nama Zheng Ai Ping.

"Kalau anak-anak saya kebetulan dari kecil saya sudah panggil pakai nama Mandarin, kalau di rumah pun kita pakai Mandarin. Jadi mereka sudah biasa."

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com