Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berusaha Bungkam Isu Covid-19 di Dunia Maya Jelang Imlek

Kompas.com - 19/01/2023, 18:45 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

BEIJING, KOMPAS.com - Otoritas siber China telah mengumumkan tindakan keras sensor internet untuk memastikan tidak ada sentimen negatif yang disebabkan rumor pandemi Covid-19 selama festival tahun baru Imlek.

Dilansir dari Guardian, China melakukan langkah itu setelah prediksi kesehatan Airfinity memperkirakan lebih dari 600.000 orang kemungkinan telah meninggal sejak pembatasan nol-Covid dicabut pada bulan Desember.

Angka ini 10 kali lebih banyak dari yang diumumkan secara resmi oleh otoritas China.

Baca juga: Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr Tak Bisa Tidur Memikirkan Laut China Selatan

Selama sebulan, China akan menargetkan mereka yang menyebarkan apa yang oleh pihak berwenang dianggap sebagai rumor tentang penyebaran Covid dan pengalaman pasien.

Administrasi siber nasional menetapkan perbaikan mendalam informasi palsu dan masalah lain untuk mencegah sentimen suram negatif.

Mereka juga secara khusus mengutip investigasi dan hukuman terkait dengan kabar palsu terkait Covid-19 dan pengalaman pasien

China berupaya mencegah informasi yang menyesatkan publik dan menyebabkan kepanikan sosial.

Di dunia maya, media sosial China dibanjiri dengan kisah-kisah pribadi orang-orang yang tertular Covid, berjuang untuk mendapatkan pengobatan atau perawatan kesehatan, dan kehilangan kerabat lanjut usia karena penyakit tersebut.

Pengalaman pribadi banyak orang ini seolah bertolak belakang dengan narasi resmi bahwa wabah telah terkendali.

Baca juga: Wakil PM: China Kembali Normal Setelah Cabut Pembatasan Covid-19

Pekan lalu, pejabat kesehatan mengumumkan jumlah kematian yang diperbarui hampir 60.000 orang.

Angka tersebut hanya mencakup mereka yang meninggal di rumah sakit.

Sebelumnya, pemerintah hanya melaporkan sekitar 5.000 kematian akibat Covid-19 sejak pandemi dimulai, termasuk hanya beberapa lusin sejak kebijakan nol Covid ditinggalkan pada awal Desember 2022.

Itu bertentangan dengan laporan kematian yang tersebar luas, dengan beberapa kota besar melaporkan tingkat infeksi hingga 90 persen dari populasi.

Baca juga: Kapal China Aktif di Laut Natuna Utara, Indonesia Kirim Kapal Perang

Pemerintah Partai Komunis yang berkuasa sangat peka terhadap kritik asing atas tanggapannya terhadap Covid-19 dan tuduhan tidak transparan dengan data.

Peringatan dini tentang wabah tersebut oleh dokter China Li Wenliang pada awalnya diabaikan dan dianggap sebagai rumor.

Laporan yang lebih baru tentang wabah massal setelah pencabutan pembatasan dicap sebagai isu belaka di media pemerintah.

Pejabat kesehatan mengeklaim gelombang infeksi saat ini telah mencapai puncaknya.

Baca juga: India Diprediksi Salip China sebagai Negara Terpadat di Dunia

Sebelumnya, Airfinity juga mengatakan pemodelan baru mereka telah meningkatkan perkiraan jumlah kasus dan kematian di China.

Dikatakan jumlah kematian sejak Desember sekarang diperkirakan mencapai 608.000, naik dari perkiraan sebelumnya 437.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com